laboratorium covid-19

Fakta Laboratorium Covid-19!

Tingginya kasus positif Covid-19 di dunia sejak akhir tahun 2019 silam mengakibatkan hadirnya sejumlah regulasi baru. Salah satunya, regulasi perihal laboratorium Covid-19. 

Laboratorium Covid-19

Laboratorium Covid-19 sendiri, berfungsi untuk menganalisis berbagai sampel tes Covid-19. Karenanya, WHO (World Health Organization) mengeluarkan regulasi pedoman interim untuk laboratorium Covid-19. Berikut pedoman tersebut.

  • Pemeriksaan Laboratorium, pedoman ini berisi mengenai pengambilan dan pengiriman spesimen, yang mana termasuk jenis spesimen, temperatur yang dibutuhkan selama pengiriman dan penyimpanan spesimen serta rekomendassi jika hasil pemeriksaan negatif.
  • Pedoman perihal strategi dalam pemeriksaan laboratorium Covid-19, regulasi ini WHO merekomendasikan terkait strategi prioritas pemeriksaan laboratorium berdasarkan transmisi kasus Covid-19 di empat jenis negara, yaitu negara tanpa kasus, negara dengan satu kasus atau lebih, negara dengan klister terkait dengan waktu, lokasi, geografis, atau paparan umum, negara yang mengalami wabah lokal yang berkelanjutan.

Melalui regulasi penentuan prioritas ini, suatu negara dapat menerapkan strategi yang berbeda di tiap daerahnya berdasarkan besaran positif rate di daerahnya.

  • Pedoman biosafety laboratorium, pedoman ini bermaksud untuk memberikan kualifikasi utama untuk laboratorium Covid-19, yakni Good Microbiological Practice and Procedure (GMPP), pelatihan dan kompetensi SDM, desain fasilitas, penerimaan dan penyimpanan spesime, dekontaminasi serta manajemen limbah, alat pelindung diri, peralatan laboratorium, rencana respon darurat atau insiden, dan kesehatan kerja.
  • Pedoman pengiriman spesimen ke laboratorium rujukan WHO, dalam hal ini WHO telah menetapkan perihal mekanisme pengiriman sampel klinis pasien terduga Covid-19 dari suatu negara ke laboratorium rujukan. Hal tersebut, dilakukan hanya beberapa negara yang terkonfirmasi menyediakan pemeriksaan molekuler Covid-19. 

Reagen pemeriksaan molekuler, Sejauh ini, terdapat reagen in house dan komersial yang digunakan untuk mendeteksi virus Covid-19. Di bawah ini merupakan protokol Reagen PCR in house Covid-19 yang disetujui oleh WHO.

regulasi lab covid

  • Instrumen penilaian laboratorium untuk laboratorium Covid-19, penilaian ini umumnya dilakukan oleh otoritas kesehatan nasional, Lembaga multilateral, organisasi non pemerintah (LSM), dan manajemen laboratorium.

Pelbagai aspek yang dinilai dari tool tersebut, antara lain organisasi dan manajemen, dokumen, pengambilan, penanganan dan transportasi spesimen, manajemen data dan informasi, manajemen bahan habis pakai dan reagen, manajemen peralatan, fasilitas, sumber daya manusia, manajemen biorisiko, fungsi kesehatan masyarakat, kapasitas dan kemampuan pemeriksaan Covid-19, dan analisis gap atau kesenjangan

  • Penggunaan tes imundiagnostik, tes diagnostik cepat berdasarkan deteksi antigen hingga saat ini tidak direkomendasikan oleh WHO untuk perawatan pasien. Akan tetapi, jika terdapat penelitian lanjutan mengenai kinerja dan potensi kegunaannya WHO sangat mendukung hal tersebut.
  • Kebijakan WHO terkait uji diagnostik, hingga saat ini WHO tetap mengkaji terkait penggunaan tes cepat imunodiagnostik Covid-19. Selain itu, WHO akan terus bekerja dengan instansi serta negara-negara anggota untuk mengembangkan dan mengupayakan pengendalian infeksi.
  • Deteksi antigen dalam diagnosis infeksi SARS-CoV-2 dengan imunoasai cepat, poin ini memaparkan perihal potensi peran RDT deteksi atigen (Ag-RDT) dalam diagnosis Covid-19. Penggunaan tes ini, jauh lebih mudah dibandingkan NAAT.

Walaupun demikian, pengggunaannya perlu mengikuti prosedur dengan baik sehingga keamanan biologis dalam pengambilan sampel dapat terjaga. Pun, tata cara pengendalian kualitas yang perlu dilaksanakan pula.

 

rekayasa genetik

Rekayasa Genetik

Cabang ilmu yang mempelajari modifikasi gen dari suatu organisme disebut rekayasa genetik. Modifikasi genetik  berperan dalam merubah susunan genetika makhluk hidup dengan memanipulasi genetik.

Teknologi ini, digunakan untuk mendapatkan karakteristik-karakteristik yang diinginkan. Bahkan hal ini bukanlah hal baru dalam teknologi sains. Hingga saat ini, telah banyak teknologi yang menggunakan dan mengaplikasikannya untuk berbagai bidang.

Proses rekayasa Genetika

Prinsip dasar teknologi ini, menggunakan teknologi DNA rekombinan (rDNA) untuk mengubah susunan genetik suatu organisme.  Secara tradisional, manusia telah memanipulasi genom secara tidak langsung melalui pengontrolan pemuliaan dan memilih keturunan dengan sifat yang diinginkan.

Karenanya, teknologi tersebut melibatkan manipulasi langsung dari satu atau lebih gen. Gen dari spesies lain, yang ditambahkan ke genom organisme untuk memberikan fenotipe yang diinginkan. Berikut manfaat dari rekayasa genetika dalam pelbagai bidang.

  • Bidang tanaman, rekayasa genetik telah diterapkan untuk meningkatkan ketahanan, nilai gizi, dan laju pertumbuhan tanaman, seperti kentang, tomat, dan padi.
  • Hewan, digunakan untuk mengembangkan domba yang menghasilkan protein terapeutik dalam susu untuk mengobati Cystic fibrosis.
  • Farmasi, pemenuhan kebutuhan obat atau produk farmasi, misalnya protein, vaksin, dan antibiotik. Secara konvensional akan memerlukan waktu, biaya, dan bahan yang banyak.
  • Bakteri yang telah dimanipulasi mampu mensintesis insulin manusia, hormone pertumbuhan manusia, interferon alfa, vaksin hepatitis B, dan zat lain yang bermanfaat secara medis.
  • Terapi gen untuk mengobati kelainan genetik.

Kekurangan teknologi rekayasa genetik

Teknologi rekayasa genetik selain memberikan manfaat di berbagai sektor, namun tidak dapat dipungkiri jika terdapat kekurangan dan kontroversi. Selanjutnya, risiko dari teknologi tersebut dapat mengganggu keseimbangan ekosistem karena banyaknya organisme modifikasi dibandingkan dengan organisme alami.

Selain itu, adanya penelitian yang menunjukkan bahwa beberapa hasil dari teknologi ini tertentu dapat mengganggu kesehatan. Bahkan, dapat berbahaya jika digunakan untuk produksi senjata biologis. Karena itu, penggunaan rekayasa genetik perlu dilakukan dengan bijak.

Karena itu, di balik adanya dampak positif maupun negatif dari rekayasa genetika hal utama yang diperlukan ialah sikap bijak dari pelbagai pihak agar rekayasa genetik dapat tetap dimanfaatkan dengan meminimalisasi risiko negatifnya.

penyimpanan vaksin

Begini Cara Penyimpanan Vaksin yang Baik!

Pengelolaan vaksin perlu diperhatikan dari pendistribusian hingga penyimpanan vaksin. Hal ini dikarenakan, seluruh vaksin merupakan produk biologis yang sangat mudah rusak jika tidak dikelola dengan benar. Untuk itu, dibutuhkannya penanganan khusus.

Vaksin

Vaksin sendiri, ialah produk biologis mikroorganisme yang telah mati ataupun masih hidup yang dilemahkan, baik secara utuh bagiannya. Adapun, jenis vaksin yang terbuat dari toksin mikroorganisme yang diolah menjadi toksoid atau protein rekombinan yang berguna untuk merangsang pembentukan kekebalan tubuh seseorang secara aktif dan spesifik.

Umumnya, vaksin digunakan untuk mengatasi penyakit menular karena infeksi virus, bakteri, parasit yang ditularkan melalui berbagai media, seperti droplet, udara, air, peralatan kesehatan, tempat makan atau minum, dan lainnya. Berdasarkan hal tersebut, vaksin diproduksi untuk mengatasi berbagai masalah kesehatan, misalnya covid, campak, polio, hepatitis A dan B, tetanus, HPV, difteri, cacar, rubella, dan sebagainya.

Penanganan vaksin yang tidak tepat dapat mempengaruhi terhadap kualitas vaksin. Bahkan, hal ini dapat menyebabkan kerusakan vaksin sehingga kualitasnya menurun atau potensi dari vaksin tersebut. Berikut penyebab penurunan kualitas vaksin.

  1. Tidak mengikuti pediman pengelolaan vaksin yang benar
  2. Pengetahuan petugas yang kurang
  3. Peralatan penyimpanan (lemari es atau freezer) tidak sesuai dengan kebutuhan vaksin
  4. Tidak adanya termometer pengukur suhu
  5. Proses pengiriman dan cara membawa vaksin tidak tepat

Penyimpanan Vaksin

Penyimpanan vaksin perlu dilakukan dengan tepat sebab adanya rantai dingin yang dibutuhkan oleh vaksin. Karenanya, selama proses penyimpanan temperatur suhu rantai dingin perlu dijaga kestabilannya.

Tiap vaksin pun, memiliki tingkat rantai dingin yang berbeda dalam penyimpanannya. Besaran suhu penyimpananan vaksin berkisar 2°C – 80°C.

Suhu pada rantai dingin tersebut, bergantung pada jenis vaksin yang disimpan, sebab apabila temperatur vaksin tidak sesuai akan menyebabkan kerusakan terhadap kondisi vaksin. Dengan demikian, vaksin tidak dapat digunakan.  Di bawah ini, terdapat penggolongan vaksin berdasarkan suhu yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam penyimpanan vaksin.

  • Vaksin sensitif beku (Freeze sensitive)

Vaksin yang terdapat pada jenis ini, akan mudah rusak jika disimpan di suhu dingin atau di bawah 0°C. Sebab itu, sebaiknya vaksin jenis ini disimpan pada suhu 2°C – 8°C. 

Jenis vaksin sensitive beku (tidak boleh beku) jika disimpan dalam freezer dengan suhu di bawah 0°C maka secara langsung akan merusak vaksin. Contoh vaksin yang tergolong dalam jenis ini di antaranya, vaksin hepatitis B, DPT, DPT-HB, TT, Sinovac, dan AstraZeneca.

  • Vaksin sensitif panas (Heat Sensitive)

Vaksin sensitif panas adalah vaksin yang tergolong mudah rusak saat terpapar suhu panas. Penyimpanan vaksin ini, membutuhkan suhu di bawah 0°C. Adapun, vaksin yang perlu disimpan hingga -80°C.  Beberapa vaksin yang tergolong dalam vaksin ini, seperti BCG, polio, campak, Moderna dan Pfizer.

Selain sensitif terhadap suhu, vaksinpun sangat sensitif terhadap sinar matahari secara langsung. Oleh karena itu, penyimpanan vaksin yang tepat sangat diperlukan agar vaksin tidak terpapar sinar matahari secara langsung atau panas berlebihan.