About IBS

Infiniti Bioanalitika Solusindo berdiri sejak tahun 2012. IBS adalah perusahaan distributor yang berfokus pada ilmu sains dan instrumen laboratorium umum. IBS menyediakan produk-produk untuk berbagai bidang ilmu sains seperti Cell Culture, Molecular Biology, Microbiology, Stem Cell, Food Safety, Forensics, Pharmaceutical, Bioprocess, Enviromental dan bidang-bidang lainnya.

Entries by IBS

Metode penyimpanan sampel

Metode penyimpanan sampel untuk ekstraksi DNA rentan terhadap tiap risiko yang akan terjadi, jika tidak disimpan dengan baik. Pada proses analisis, membutuhkan teknik sampling dan ekstraksi DNA yang cepat dan akurat.

Metode penyimpanan sampel untuk pemeriksaan DNA, yakni menggunakan wadah tabung yang perlu disimpan dalam freezer dengan suhu -20°C untuk mempertahankan kualitas dari DNA. Sampel yang digunakan untuk analisis umumnya diambil dari lapangan dengan durasi cukup lama hingga sampai ke laboratorium.

Karenanya diperlukan langkah preventif untuk menjaga sampel yang telah diambil tidak rusak akibat adanya jeda waktu hingga proses penanganan. Sebab, pengambilan sampel di lapangan memiliki risiko terhadap hasil akhir analisis. Untuk itu, sampel perlu disimpan dalam suhu dingin pada freeze dengan suhu 4°C.

Akan tetapi, jarak pengambilan sampel dengan laboratorium cukup sehingga membutuhkan waktu untuk dimasukkan ke dalam freezer. Dengan demikian, diperlukannya teknik penyimpanan yang tidak memerlukan freezer namun tetap sesuai dengan aspek biosafety. Sampel DNA/RNA, darah, bakteri, dan virus, merupakan beberapa sampel yang cukup rentan dan perlu ditanganin.

Metode penyimpanan sampel

Tujuan penyimpanan sampel ialah untuk mempertahankan kondisi sampel agar tetap sesuai dengan aslinya, seperti saat pengambilan sampel dan meminimalisir kontaminasi terhadap sampel hingga akan dilakukannya analisis pada sampel tersebut. Dalam hal ini, sampel yang didapat di lapangan harus terlindung dari kontaminasi luar, misalnya udara serta peralatan sampel.

Wadah sampel perlu diperhatikan, yang mana tidak boleh lebih dari ¾ ukuran wadah. Hal ini, dilakukan untuk menghindari kebocoran dari tutup dan dapat memudahkan saat shaking.

Selain itu, hal lain yang perlu diperhatikan adalah suhu. Sebab, terdapat beberapa sampel yang sensitif terhadap suhu. Dengan demikian, pencatatan suhu saat pengambilan sampel dan dilakukan analisis di laboratorium harus dilaksanakan.

Selanjutnya, penyimpanan menggun akan es untuk mendinginkan sampel dalam wadah atau box sebaiknya dihindari. Dikarenakan, air dapat mengontaminasi sampel jika terjadi kebocoran atau wadah yang robek.

Jika sangat terpaksa, dapat dilakukan pembungkusan terpisah. Alternatif lain, untuk mengatasi masalah ini dapat menggunakan Dry Ice, IsoTherm-system atau PCR cooler untuk mengatasi sampel DNA/RNA sebelum melakukan running.

Iso Therm-system biasanya terdiri dari Iso rack (rak kerja), IsoSate (kotak isolasi), dan iso packs. Ideal untuk mendinginkan, mengangkut, juga menyimpan sampel yang beku. Teknologi inkubasi kering mengurangi resiko kontaminasi dan lebih aman bagi sampel.

PCR cooler dapat digunakan untuk persiapan sampel, perlindungan, pengangkutan, pun penyimpanan sampel sensitif untuk menjaga agar sampel tetap aman. Berikutnya, terdapat indikator suhu yang jelas berdasarkan warna.

Warna PCR cooler akan berubah ketika suhu melebihi 7°C kemudian dapat menjaga plat 96-well tetap dingin lebih dari satu jam pada suhu 0°C (dengan pendinginan awal selama dua jam pada -20°C).

Dapat pula menggunakan teknologi baru, FTA (Flinders Technology Associates) cards. Kertas berfilter yang dapat menyimpan DNA dalam jumlah kecil/minimal, misalnya setitik darah, usapan cairan tubuh atau feses, material tanaman, plasmid, virus dan bakteri.

Penyimpanan sampel dalam waktu panjang juga harus diperhatikan, di mana sampel tidak digunakan langsung untuk analisis harus disimpan dalam suhu <-15°C, akan lebih baik lagi pada suhu <-18°C di dalam freezer. Penyimpanan ini, bergantung dari sampel yang digunakan karena setiap sampel yang berbeda memerlukan perlakuan yang berbeda.

 

 

 

6 Aplikasi Bioproses Pada Pertanian

Suatu proses yang menggunakan konsep, seperti bioteknologi, biologi, dan rekayasa proses untuk menghasilkan suatu produk yang bermanfaat disebut dengan bioproses. Aplikasi dari bioproses sangat banyak, salah satu di antaranya bidang pertanian. Aplikasi dari bioproses pada bidang pertanian, antara lain.

  1. Biopestisida atau herbisida

Biopestisida merupakan bahan yang berfungsi menghambat bahkan mematikan hama atau organisme penyebab penyakit tanaman yang berasal dari makhluk hidup seperti tanaman, hewan atau mikroorganisme. Senyawa yang dihasilkan biopestisida ramah terhadap lingkungan, jika dibandingkan pestisida dari bahan kimia.

Hal ini dikarenakan senyawa organik yang mudah terdegradasi alam. Beberapa tanaman yang dapat dijadikan biopestisida, yakni cengkeh, lengkuas, mimba, bawang merah dan lerak.

Selain itu, terdapat mikroba yang dapat dijadikan sebagai biopestisida, sebab memiliki efek antagonis terhadap patogen seperti Trichoderma sp., Pseudomonas fluorescens dan Bacillus sp. Perlu diketahui jika Trichoderma sp ialah mikroorganisme berupa jamur penghuni tanah yang dapat diisolasi dari perakaran tanaman.

Tak hanya itu, bipestisida Trichoderma sp dapat dijadikan biofungisida dengan menghambat beberapa jamur penyebab penyakit tanaman, seperti Rigidiforus lignosus, Fusarium oxysporum, Rizoctonia solani, Sclerotium rolfsii.

  1. Peningkatan mutu varietas tumbuhan

Bibit tanaman alami umumnya, sulit untuk tumbuh di tanah kurang subur. Akan tetapi, dengan adanya teknologi bioproses bibit tanaman dapat dirancang untuk jenis kondisi tertentu, misalnya lahan kering, masam atau kadar garam tinggi.

Hasil yang didapatpun akan lebih meningkat baik dalam segi kualitatif maupun kuantitatif. Beberapa contoh peningkatan mutu varietas tumbuhan, yaitu tahan terhadap serangan hama dan resisten terhadap herbisida.  Peningkatan gizi tanaman, dapat dilakukan dengan memasukkan gen pembuat protein dari bibit tanaman hutan ke dalam tanaman penghasil karbohidrat untuk meningkatkan nilai gizi dan lainnya.

  1. Pakan ternak

Organ pencernaan ternak biasanya berkapasitas besar dengan sistem pencernaan unik. Hal ini ditunjukkan, dengan keterlibatan interaksi antara pakan, mikroba rumen, dan ternaknya sendiri.

Pun, Sebagian besar pakannya berupa serat kasar, misalnya selulosa, hemiselulosa dan xylan yang mana komponen karbohidrat. Di samping itu, limbah pertanian termasuk dalam limbah organik yang mengandung hemiselulosa, kemudian menghasilkan enzim xylanase melalui fermentasi.

Limbah pertanian banyak mengandung xylanase untuk campuran pakan ternak dapat memperbaiki efisiensi penggunaan pakan sehingga meningkatkan berat ternak.

  1. Enzim xylanase

Jerami, sekam padi, bagas tebu, kulit buah (pisang) mengandung xilan dan karbohidrat tinggi. Xilanase, ialah enzim ekstraseluler yang dapat menghidrolisis xilan. Dalam hal ini, yang dimaksud xilan, yaitu hemiselulosa menjadi xilo-oligosakarida dan xilosa.

Xilosa sendiri, yakni gula terbanyak di alam setelah glukosa. Melalui proses fermentasi, xylanase dapat dihasilkan dengan bantuan mikroba biasa, bakteri, dan khamir atau cendawan.

Aspergillus fumigatus dan A. niger diketahui mampu menghasilkan xilanase yang tahan atau toleran pH tinggi. Aplikasi dari enzim xilanase sangat luas di antaranya untuk pakan ternak, pada pangan dapat meningkatkan aroma jus dan anggur serta likuifikasi buah dan sayur, pemutih kertas, peningkatan kualitas roti, dan produksi bioetanol. Beberapa mikroorganisme yang dapat menghasilkan xylanase, contohnya Penicillium, Trichoderma, Aspergillus, Cryptococcus, dan Fusarium.

  1. Pupuk dan kompos

Limbah pertanian sangat cocok untuk dijadikan pupuk atau kompos, karena mudah diuraikan oleh bakteri dan mengandung unsur makro juga mikro. Hal tersebut, sangat dibutuhkan tanaman sehingga dapat menggemburkan tanah yang kurang subur.

Pembuatan kompos secara konvensional telah dilakukan sejak lama, tetapi lambat laun pembuatan kompos kian bekermbang dengan menggunakan bioproses. Hasil yang didapat dari perkembangan bioproses ini lebih efektif dan efisien.

Di sisi lain, penggunaan biakan jamur Trichoderma dalam media dedak bermanfaat sebagai dekomposer, stimulator pertumbuhan tanaman, dan pengurai yang menghasilkan pupuk serta kompos yang bermutu. Trichonoderma banyak ditemukan di tanah pertanian, tanah hutan atau substrat berkayu.

  1. Bakteri penambah nitrogen

Unsur nitrogen (N) dalam tanah termasuk faktor penting untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangan tanaman, namun keberadaan dan ketersediannya dalam tanah sangat terbatas. Selanjutnya, kandungan udara di nitrogen berkisar 78 – 80%, sayangnya tidak dapat digunakan secara langsung oleh tanaman.

Hal ini disebabkan, nitrogen tersebut berbentuk N2, karenanya perlu penambahan pupuk nitrogen secara konvensional. Saat ini, telah diketahui sekelompok bakteri tanah yang bersimbiosis ataupun hidup bebas memiliki kemampuan memfiksasi N dari udara, yaitu Azotobacter, Azospirillum dan Rhizobium. Rhizobium bersimbiosis dengan tanaman dari suku Leguminoceae dan mampu mengikat N2 bebas.

Amonia terjadi akibat pengikatan nitrogen bebas (N2), lalu ammonia tersebut diubah menjadi asam amino hingga berubah menjadi senyawa nitrogen, untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Dengan demikian, unsur N bagi tanaman akan meningkatkan kandungan klorofil pada daun, sehingga proses fotosintesis akan meningkat. Begitupun, asimilat yang dihasilkan lebih banyak juga, menjadikan pertumbuhan tanaman lebih baik.

5 Manfaat Kultur Sel Pada Bidang Kesehatan

Kultur sel berasal dari sel diambil dari jaringan asli kemudian diisolasi atau dipisahkan secara enzimatik, mekanik maupun kimia dan ditumbuhkan di medium terkontrol.  Salah satu manfaat kultur sel adalah dapat digunakan untuk penelitian secara in vitro. Umumnya, teknik kultur sel mamalia memerlukan media khusus, seperti penambahan serum untuk teknik aseptis dapat menggunakan biosafety cabinet dan memumbuhkan sel di CO2 inkubator.

Sel kultur berasal dari mamalia kemudian dikembangkan untuk menumbuhkan sel-sel dari epitel, darah, ovarium, otak atau bagian organ lainnya, termasuk sel dari jaringan kanker. Dalam perkembangannya, aplikasi kultur sel mamalia memiliki banyak manfaat kultur sel di berbagi bidang, misalnya pada bidang kesehatan, dalam menghasilkan produk biofarmasetika.

Produk ini, berhasil diproduksi secara rutin, seperti antikoagulan, hormon, vaksin, antibodi monoklonal. Disamping itu, kultur sel berperan penting dalam penemuan dan pengembangan obat baru, produksi protein rekombinan, teknologi IVF, stem cell, biologi kanker serta kit diagnostik penyakit dengan model pengujian in vitro.

Berikut di bawah ini beberapa aplikasi kultur sel dalam bidang kesehatan yang perlu kamu ketahui

1. Stem cell

Stem cell merupakan sel yang belum memiliki bentuk dan fungsi spesifik, layaknya sel lain pada organ tubuh. Stem cell dapat melakukan replikasi dan menghasilkan sel yang karakteristiknya sama dengan induknya.

Stem cell mampu berdiferensiasi menjadi lebih dari satu jenis sel tubuh. Akibatnya, stem cell lebih istimewa dibanding dengan sel lain yang lebih matur.

Selanjutnya, penelitian sel punca masih terus dikembangkan untuk menangani berbagai jenis penyakit. Hal ini dikarenakan, karakteristik sel yang istimewa, banyak negara di dunia menggunakan terapi sel punca untuk mengobati kelainan hematologi dan penyakit degeneratif, di antaranya diabetes, stroke, jantung, parkinson, kanker, dsb.

2. Teknologi IVF

In Vitro Fertilization (Fertilisasi In Vitro) atau yang biasa kita sebut bayi tabung adalah suatu proses pembuahan sel telur oleh sperma di luar tubuh atau secara in vitro. Metode ini, dilakukan untuk pasangan yang memiliki masalah dalam hal reproduksi dan memiliki keturunan.

Dalam prosesnya, ovum dari ovarium wanita diambil lalu dibuahi oleh sperma di dalam semua medium cair di laboratorium. Sel telur yang telah dibuahi dan menjadi zigot, dikultur dalam sebuah medium pertumbuhan selama 2-6 hari.

Setelah itu, dipindahkan ke rahim wanita dengan tujuan untuk keberhasilan kehamilan. Saat ini,

diperkirakan lima juta anak telah lahir di seluruh dunia menggunakan IVF dan teknik reproduksi berbantu lainnya.

3. Antibodi monoklonal

Antibodi monoklonal adalah antibodi spesifik yang mengenali satu antigen. Antibodi monoklonal dapat dihasilkan dari teknik hybridoma, yaitu menggabungkan sel B (suatu sel imun) yang normal dengan sel tumor.

Tiga tahap utama pembuatan sel hibridoma, yakni imunisasi, fusi dan kloning. Aplikasi dari antibodi monoclonal, antara lain untuk pengobatan, diagnosis klinis, dan bahan penting dalam penelitian. Antibodi monoklonal ialah bagian dari imunoterapi, dapat digunakan untuk perawatan yang meningkatkan pertahanan alami tubuh untuk melawan kanker.

4. Produksi Vaksin dan Hormon

Vaksin, metode paling efektif untuk mencegah penyakit menular. Hal ini disebabkan, vaksin mengandung antigen yang sama dengan antigen penyebab penyakit, namun antigen yang ada dalam vaksin sudah dilemahkan atau dikendalikan.

Proses kerja vaksin dengan merangsang sistem imun untuk mengenali dan melawan antigen dari patogen spesifik dengan membuat zat kekebalan tubuh (antibodi). Sifat vaksin yang profilaksis sehingga dapat mencegah atau memperbaiki efek infeksi di masa depan oleh patogen alami, dan juga bersifat terapeutik (vaksin terhadap kanker). Berikut beberapa vaksin yang telah digunakan tersebar di dunia, contohnya vaksin cacar, penyakit polio, campak, tetanus, HPV, dan influenza.

Beirkutnya, hormon insulin yang dihasilkan melalui teknik DNA rekombinan digunakan untuk mengontrol kadar gula dalam darah pasien diabetes melitus. Pembuatan insulin dengan menyisipkan gen pembentuk insulin kedalam plasmid bakteri kemudian koloni bakteri yang mengandung plasmid rekombinan ditumbuhkan di media kultur.

6. Penemuan obat dan Terapi gen

Terapi gen digunakan untuk mengobati penyakit yang disebabkan oleh kelainan genetik, dengan penyisipan menggunakan vektor virus. Tujuannya agar gen yang rusak diganti oleh gen normal.

 

Jenis Media Kultur Sel dan Pengertiannya

Kultur sel adalah proses dimana suatu sel diambil dari suatu jaringan dan ditumbuhkan ke dalam suatu media dengan keadaan terkontrol agar sel dapat berkembang biak dan tumbuh secara in vitro.

Media yang digunakan untuk pertumbuhan dibuat semirip mungkin dengan kondisi pada saat sel berada di tubuh organisme. Kultur sel dapat digunakan dari kultur sel primer atau cell line.

Kultur sel primer didapatkan dari sel, jaringan atau organ yang diperoleh secara langsung dari organisme asalnya, sedangkan cell line adalah kultur yang digunakan dan dipatkan dari subkultur pertama atau kultur primer.

Sebelumnya, media untuk membuat kultur sel berasal dari alam, seperti cairan amniotik, ekstrak embrio, dan cairan yang berasal dari berbagai jaringan tubuh. Akibat sulitnya mencapai standar yang baik, akhirnya media alam mulai ditinggalkan. Walaupun demikian, masih banyak yang bertahan menggunakannya, misalnya serum, tryptose phosphate broth, dan laktalbumin hidroksilat hasil dari hidrolisis enzimatis protein susu. Akan tetapi, banyak digunakan untuk campuran bersama media culture (defined media) yang berfungsi untuk meningkatkan sifat-sifat pertumbuhannya.

Baca Juga: Kegunaan CO2 Inkubator di Laboratorium Kultur Sel

Jenis Media Kultur Sel

Media kultur sel merupakan komponen penting yang perlu diperhatikan dalam proses kultur sel. Sebab, jenis media yang digunakan bergantung pada sel yang akan dikultur. Berikut pelbagai macam media yang dugunakan untuk kultur sel.

1. Basal medium Eagle

Basal medium Eagle atau yang disingkat BME, salah satu medium kultur sintetik yang banyak digunakan untuk mengkultur sel dan dikembangkan oleh Harry Eagle. Media ini, dihunakan untuk pertumbuhan sel HeLa. Eagle mengembangkan medium basak untuk berbagai kultur, dengan sedikit perbedaannya dalam komposisi.

2. Eagle’ s minimum essential medium

Eagle’ s minimum essential medium atau yang disingkat EMEM, media ini tergolong dalam variasi lebih kompleks dari media sebelumnya. Media EMEM termasuk media yang pertama kali digunakan secara luas. EMEM mengandung 12 jenis asam amino esensial, glutamine, delapan vitamin, dan beberapa garam anorganik.

3. Dulbecco’s Modified Eagle’s Medium

Dulbecco’s Modified Eagle’s Medium atau yang di singkat DMEM, mengandung konsentrasi asam amino tinggi, vitamin serta komponen tambahan lainnya yang dimodifikasi dari Basal Medium Eagle (BME). Asam amino dan vitamin dalam media ini, empat kali lebih banyak dari formula asli kemudian glukosa dua sampai empat kali lebih banyak.

DMEM cocok digunakan untuk sel dengan pertumbuhan yang cepat seperti sel tumor. Contoh penggunaan media ini, untuk mengkultur sel line CCA HuCCT-1, sel HaCat, sel karsinoma hepatoselular manusia, HepG2 (ATCC HB-8065), dan sel epitel alveolar manusia tipe II, sel B92.

Baca juga: Pengertian Kultur Sel, Kelebihan dan Kekurangannya

4. McCoy’s 5A Medium

McCoy’s 5A Medium digunakan untuk menumbuhkan sel hepatoma Novikoff dan juga baik untuk menumbuhkan, merangsang proliferasi sel karsioma Walker 256 termasuk sel yang mengalami transformasi atau juga sel normal tikus atau manusia.

5. Media Roswell Park Memorial Institute (RPMI) 1640

Media Roswell Park Memorial Institute (RPMI) 1640, media yang dikembangkan untuk kultur jangka panjang pada limfosit darah perifer dan modifikasi dari media McCoy’s 5A.

Pertumbuhan varietas sel yang luas pada suspensi sangat didukung media ini, di antaranya jumlah pertumbuhan sel pada monolayer banyak digunakan untuk kultur sel dan kultur jaringan, secara tradisional digunakan untuk kultur sel-sel limfoid.

Media RPMI-1640 dapat digunakan untuk pertumbuhan sel limfoid karena mengandung fosfat dalam jumlah besar dan diformulasi untuk digunakan dalam lingkungan atmosfer CO2 5%, digunakan dalam bentuk bebas serum.

6. Medium 199

Medium 199, media yang digunakan untuk produksi vaksin. Bahkan, dapat digunakan untuk kultur dari berbagai tipe sel “Non transformed”.

Komposisi medium 199 tidak mengandung natrium bikarbonat melainkan mengandung garam Earle’s dan L-glutamin. Jika penggunaan jangka panjang, sebaiknya ditambahkan Medium suplemen serum.

7. Ham’s F12-K

Ham’s F12-K adalah media hasil modifikasi dari F-10. Karenanya, lebih kompleks dan sesuai untuk perkembangbiakan bebas serum. Kultur makrofag bisa menggunakan media ini, dengan menambahkan100 U/ml penisilin, 100 mg/ml larutan streptomisin, dan 2 mM Lglutamin. Penisilin dan streptomisin digunakan sebagai antibiotik, sedangkan Lglutamin sebagai asam amino yang berfungsi untuk meningkatkan proliferasi sel.

8. DMEM/F12

DMEM/F12 merupakan media hasil campuran dari media DMEM dan Ham’s F-12 yang perbandingannya 1:1. Media ini, dapat digunakan pada sel line epitel, yang ditambahkan dengan 200 U/ml penisilin dan streptomisin, 5% FBS, 0,01μg/ml, toksin kolera 5 μg/ml insulin, dan 10 ng/ml faktor pertumbuhan epidermis manusia.

Masing-masing penambahan memiliki fungsi, seperti penisilin dan streptomisin yang mana antibiotik untuk mencegah kontaminasi bakteri. FBS sebagai serum banyak mengandung faktor pertumbuhan ditambah insulin sebagai hormon yang mendukung pertumbuhan, sedangkan toksin kolera berfungsi untuk merangsang pertumbuhan epitel.  Agar pertumbuhan sel optimum, media kultur dapat ditambahkan serum.

Serum anak sapi (calf serum) dan serum fetus sapi (foetal bovine serum), adalah beberapa serum yang kerap digunakan. Selain itu, ada pula serum kuda dan serum manusia. Syarat dari pengambilan serum harus berasal dari daerah yang bebas penyakit tertentu, misalnya penyakit virus mulut dan kuku.

Apa Itu Fermentasi, Hasil dan Tekniknya

Berbagai bahan olahan yang kerap kita jumpai di pasaran, merupakan produk jasil dari modifikasi yang disesuaikan dengan kebutuhan. Salah satu contoh produk tersebut, yakni yoghurt. Seperti diketahui bahwa yoghurt ialah produk modifikasi olahan susu namun memiliki nilai gizi yang berbeda dengan susu. Yoghurt dibuat melalui proses fermentasi susu dengan menambahkan kultur mikroorganisme asam laktat (Streptococcus thermophilus dan Lactobacillus bulgaricus). Bakteri tersebut membuat tekstur dari susu berubah, baik bau ataupun rasanya. Hal ini dikarenakan, adanya proses biologis dari bakteri yang tambahkan. Selain itu, bakteri tersebut yang memberikan manfaat untuk meningkatkan kesehatan pencernaan dan kekebalan tubuh. Yuk cari tau informasi selengkapnya mengenai apa itu fermentasi dibawah ini.

Apa itu fermentasi?

Definisi fermentasi, yaitu proses perubahan kimia pada suatu substrat organik akibat adanya aktivitas enzim yang dihasilkan oleh mikroorganisme. Akan tetapi, mikroorganisme yang digunakan tidak bersifat patogen sehingga aman untuk tubuh.

Selanjutnya, proses fermentasi menghasilkan senyawa alkohol, asam, dan gas. Tujuan dilakukannya proses fermentasi ialah untuk mengawetkan makanan. Hal tersebut, dapat terjadi akibat perubahan karbohidrat yang menajdi asam organik sehingga makanan dapat bertahan lebih lama.

Berikut mikroorganisme yang terlibat dalam fermentasi bahan pangan, bakteri, khamir, dan kapang. Mikroorganisme yang dapat dimanfaatkan untuk proses fermentasi, di antaranya yeast (ragi), Lactobacillus sp., Leuconostoc, Clostridium sp., Aspergillus, Neurospora sitophila, Streptococcus thermophilus. Berikutnya, terdapat ebebrapa faktor yang memengaruhi fermentasi, seperti substart (medium), mikroorganisme, pH, suhu, oksigen, dan aktivitas air.

Teknik fermentasi

Setelah kita mengetahui apa itu fermentasi, sekarang kita akan membahas teknik fermentasi yang kerap digunakan terbagi atas dua jenis yaitu fermentasi padat dan fermentasi cair, sebagai berikut

Fermentasi padat

Fermentasi padat atau dikenal dengan SSF (Solid State Fermentation), fermentasi yang menggunakan padatan sebagai substrat, misalnya pulp kayu, biji-bijian, daun, beberapa sampah organik dalam bentuk padat, dan ampas tebu. Teknik fermentasi ini, cocok digunakan untuk meningkatkan inoculum fungi dan mikroorganisme yang membutuhkan kelembapan rendah.

Keunggulan fermentasi padat, substrat yang digunakan berasal dari limbah organic berupa biomassa sehingga mudah untuk direcycle dan dapat mengontrol kehilangan nutrient selama proses fermentasi. Namun, proses fermentasi padat memerlukan waktu cukup lama akibat substrat yang dimanfaatkan dalam laju sangat lama dan steady state. Teknik SSF paling umum diterapkan dalam fermentasi tempe, oncom, miso, natto, dan tape.

Fermentasi cair

Fermentasi jenis cair menggunakan substrat yang terlarut dalam medium cair, seperti molases dan broth. Fermentasi cair disebut dengan SmF (Submerged fermentation). Teknik ini umumnya digunakan untuk ekstraksi metabolism sekunder yang hanya berlangsung dalam bentuk cair.

Hasil fermentasi

Hal fermentasi terbagi menjadi tiga, yaitu fermentasi etanol, fermentasi asam laknat, dan fermentasi asam astetat.

1. Fermentasi etanol

Fermentasi etanol atau fermentasi alkohol, suatu proses pengubahan gula menajdi glukosa, fruktosa dna sukrosa diubah menjadi energi seluler, dan menghasilkan etanol (etil alkohol), pun karbondioksida sebagai produk sampingan. Fermentasi etanol tergolong dalam respirasi anerob karena tidak membutuhkan oksigen. Mikroorganisme yang berperan dalam fermentasi ini adalah Saccharomyces cerevisiae (ragi) untuk pembuatan minuman beralkohol, roti atau tape.

2. Fermentasi asam laktat

Fermentasi asam laktat, proses pemecahan glukosa yang diubah menjadi asam laktat dan karbondioksida oleh bakteri asam laktat atau BAL. Pada proses tersebut, oksigen berkurang dan membuat makanan menjadi asam, kondisi seperti ini mendukung pertumbuhan bakteri penghasil asam laktat dan mencegah pertumbuhan bakteri atau jamur penyebab penyakit.

Sayangnya, fermentasi asam laktat membutuhkan waktu yang lama. LactobacillusL. plantarumL. caseiL. paracasei, dan L. rhamnosus, dan beberapa jenis ragi ialah jenis bakteri asam laktat.

Di samping itu, BAL kerap dibutuhkan untuk berbagai industri sebab sifat kelarutan asam laktat yang tinggi dan mudah dipolimerisasi untuk pembuatan berbagai jenis polimer dan risin. Industri minuman, makanan, kosmetik, ialah beberapa industry yang kerap menggunakan feremntasi asam laktat.

Produk fermentasi asam laktat di antaranya, kimchi, acar, yoghurt, dan tempe. Manfaat dari produk fermentasi asam laktat yang dipercaya, antara lain dapat meningkatkan kekebalan tubuh, mengurangi resiko kanker, dan lainnya.

3. Fermentasi asam astetat

Fermentasi asam astetat, fermentasi yang berlangsung dalam keadaan aerobic atau respirasi oksidatif. Proses fermentasi ini, dilakukan oleh bakteri asam asetat dari genus Acetobacter dan Glucobacter dengan substrat etanol.

Etanol tersebut akan diubah menjadi asam asetat. Energi yang dihasilkan dari fermentasi ini, lima kali lebih besar dibandingkan energi yang dihasilkan oleh fermentasi etanol atau alkohol secara anaerob. Salah satu contoh fermentasi asam astetat, adalah pembuatan asam cuka dari berbagai macam jenis bahan dasar, seperti cuka apel.