pcr hood

PCR Hood: Jenis dan Fungsinya!

Saat pengerjaan sampel di laboratorium PCR dibutuhkannya lingkungan yang terbebas dari kontaminasi. Pasalnya, pekerjaan tersebutb cukup sensitif  sehingga perlu melibatkan segmen, penyalinan, dan pengujian sampel DNA atau RNA. Salah satu, alat yang dapat digunakan untuk mengatasi hal tersebut, yaitu PCR Hood.

PCR hood untuk Safety Cabinet

Lingkungan laboratorium PCR memerlukan kondisi lingkungan yang bebas dari kontaminasi. Sebab, jika lingkungan sekitar laboratorium terkontaminasi mengakibatkan hasil yang didapatkan tidak akurat sehingga tidak dapat diandalkan, biaya operasi  menjadi tinggi, dan terdapat waktu yang terbuang.

Lalu, PCR hood ialah ruang kerja yang menyediakan kondisi lingkungan steril ketika akan melakukan amplifikasi DNA/RNA dan melindungi sampel dari kontaminasi silang.  Karena itu, design yang dimiliki berbentuk tertutup di ketiga sisinya.

Pun, di dalamnya terdapat lampu UV yang digunakan untuk sterilisasi. Laboratorium genetik dan biologi kerap menggunakan PCR hood untuk penanganan sampel.

Dengan demikian, PCR hood menjadi diperlukan tiap laboratorium yang di dalamnya menggunakan instrument PCR. Jenis dari PCR hood sendiri, beraneka ragam sehingga dapat digunakan atau disesuaikan dengan kebutuhan pekerjaan laboratorium.

Instrumen PCR hood yang terdapat di Infiniti Bioanalitika Solusindo, di antaranya, PCR Clean Air Bubble dan PCR Still Air Bubble. Tidak hanya itu, terdapat beberapa alat yang umum digunakan untuk menyediakan udara yang bersih agar sampel tetap terjaga dan terhindari dari kontaminasi, misalnya Safty bubble dan Glove bubble.

Perbedaan antara keempat jenis alat tersebut dipaparkan di bawah ini. Berikut penjelasannya.

  • PCR Clean Air Bubble, perangkat yang dirancang untuk menyediakan lingkungan udara bersih karena dilengkapi HEPA filter, nyaman digunakan untuk persiapan reagen PCR dan  mudah dibersihkan, Adanya, fitur lampu UV-C yang berfungsi untuk bio-dekontaminasi secara efektif. Bahkan, terdapat HEPA filter yang bekerja untuk menyaring udara di laboratorium melalui sistem filter dua tahap, kemudian aliran udara selalu dipantau untuk memastikan tidak adanya kontaminan udara yang memasuki enklosur.
  • PCR Still Air Bubble, alat yang digunakan untuk menyediakan area penanganan sampel tertutup agar tidak adanya kontaminan yang memengaruhi preparasi reagen PCR. Berikutnya, tiap selungkup dilengkapi dengan lampu UV-C untuk melakukan bio-dekontaminasi permukaan area kerja sebelum maupun setelah digunakan.
  • Safety Bubble, untuk melindungi operator dan lingkungan laboratorium dari paparan uap kimia dan partikulat di udara.
  • Glove Bubble, kerja yang terpasang di atas meja, dirancang untuk menyediakan lingkungan tertutup untuk sampel dan menawarkan kontrol atmosfer secara internal. Glove Bubble adalah sistem yang sepenuhnya portabel dengan sambungan gas dan menggunakan sarung tangan.

Infiniti Bioanalitika Solusindo merupakan perusahaan distributor alat laboratorium juga menyediakan PCR Hood dari Lab Bubble. Dapatkan penawaran lainnya dengan menghubungi kami di sini

 

Reference

oshatrain.org

waterbath

Bedanya Waterbath dan Drybath, Kamu Harus Tahu!

Umumnya, di laboratorium membutuhkan alat yang dapat digunakan untuk memanaskan dan inkubasi sampel saat proses preparasinya. Dua jenis alat pemanas dan inkubasi yang kerap digunakan, yaitu waterbath dan drybath.

Meskipun begitu, keduanya memiliki fungsi yang sama namun tiap alat tersebut memiliki kelebihan dan kekurangannya tersendiri dengan membutuhkan pekerjaan di laboratorium.

Waterbath dan Drybath

Waterbath merupakan alat yang digunakan untuk memanaskan dan menginkubasi sampel dengan air atau cairan jenis lain yang dapat digunakan bergantung pada hasil yang diinginkan. Lalu, waterbath dapat digunakan untuk menginkubasi kultur sel melelehkan substrat kemudian memfasilitasi reaksi kimia tertentu yang memerlukan suhu lebih tinggi.

Berbeda dengan itu, drybath adalah alat untuk memanaskan dan inkubasi sampel melalui blok pemanas. Pun, drybath tidak menggunakan cairan untuk memanaskan sampel.  Di bawah ini, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memilih alat untuk memanaskan dan menginkubasi sampel yang cocok.

  • Kebersihan, kontaminasi menjadi suatu faktor yang kerap terjadi menyebabkan kegagalan pengujian di laboratorium. Bahkan, jika jenis sampel yang digunakan memerlukan kondisi aseptik, misalanya untuk reagen pencairan kultur jaringan, kerja RNA.

Sebab itu, waterbath tidak termasuk dalam pilihan yang tepat akibat penangas air lebih rentan terhadap kontaminasi antara sampel dan permukaan dasar kerja ialah genangan air yang besar. Air yang terkontaminasi, dapat mempengaruhi RNAase dan membuat waterbath tidak cocok untuk sampel RNA.

Karenananya, dibutuhkan aplikasi khusus untuk menjaga kebersihan ketika menggunakan waterbath atau dapat menggunakan drybath. Selanjutnya, drybath lebih unggul dalam tingkah higienis saat menangani sampel dalam keadaan aseptis.

Oleh sebab itu, digunakannya blok logam yang dapat dilepas dan autoklaf tidak menggunakan air sebagai media pemanasnya sehingga dapat meminimalisasi penyebaran kontaminasi antara permukaan blok dan wadah sampel.

  • Waktu pemanasan, waterbath menggunakan air sebagai penghantar panas. Air sendiri, mampu memanaskan sampel jauh lebih cepat dan merata sehingga baik untuk reproduktivitas. Waterbath akan memanaskan sampel lebih cepat dibandingkan drybath.

Waterbath pun, akan mendistribusikan panas lebih konsisten untuk sampel sehingga membantu menjaga suhu dan mengurangi fluktuasi suhu. Sayangnya, waterbath memerlukan waktu lebih untuk memanaskan penangas air hingga mencapai suhu yang diinginkan yang berdampak pada penggunaan lebih banyak dari waktu ke waktu.

Drybath tidak dapat menyimpan panas sebanyak air. Hal ini mengakibatkan, sampel membuuthkan waktu lebih lama untuk memanaskan penangas air hingga menggapai suhu yang diinginkan.

Dengan demikian drybath kurang mampu untuk menahan fluktuasi suhu. Pelbagai drybath diberi memiliki tambahan tutup berpemanas untuk meningkatkan keseragaman suhu dan menghilangkan kondensasi. Di sisi atas, blok panas biasanya lebih kecil sehingga lebih cepat panas dibanding penangas air.

  • Aadah sampel, waterbath digunakan untuk memanaskan sampel dengan jenis wadah yang berukuran besar dan tidak berbentuk standar sehingga lebih fleksibel jika digunakan untuk seluruh jenis tempat sampel. Lalu, drybath, hanya dapat menampung untuk ukuran wadah tertentu dan memerlukan blok yang berbeda pada tiap jenis wadah penyimpanan sampel.

 

 

alat upstream processing

Seluk-Beluk Upstream Processing!

Bioproses merupakan proses spesifik yang menggunakan sel hidup lengkap atau komponennya (bakteri, enzim, kloroplas) untuk mendapatkan produk yang diinginkan. Salah satu, contoh bioproses ialah fermentasi, yang terdiri atas dua proses, yaitu upstream processing (USP) dan downstream processing (DSP).

Aspek dalam upstream processing

Terdapat tiga aspek penting dalam upstream processing, antara lain.

  1. Aspek utama, berkaitan dengan cara memproduksi organisme, misalnya pemilihan mikroorganisme yang tepat, meningkatkan daya produktivitas dan hasil dalam industri, melakukan pemurnian, persiapan serta pengembangan inokulum.
  2. Aspek kedua, pemilihan dan pengembangan media untuk meningkatkan produtivitas, di antaranya pemilihan dan penentuan harga, sumber karbon dan energi yang cocok serta efisien. Adanya hubungan antara media dan nutrisi esensial.
  3. Aspek ketiga, berhubungand engan fermentasi pada kondisi terkontrol dengan menggunakan fermentor, perkembangan untuk memajukan perekonomian yang efisien dalam industri.

Saat kultur telah mencapai kepadatan yang diinginkan (untuk kultur batch dan fedbatch di dalam fermentor), maka dipanen kemudian dilanjutkan ke proses downstream. Proses downstream mengacu pada bagian di mana massa sel yang diperoleh dari upstream, diproses untuk memenuhi persyaratan kemurnian dan kualitas.

Tujuan dari proses downstream adalah mengembangkan produksi dan memperbaiki produk yang diinginkan. Berikut tahapan dalam downstream.

  • Pemanenan sel, dilakukan dengan pemisahan biomassa (sel mikroba). Umumnya, ini menggunakan centrifuge atau ultracentrifuge. Jika produk yang digunakan biomassa, maka diperoleh kembali untuk diproses dan membuang media bekas. Akan tetapi, berbeda ketika produk yang digunakan ekstraseluler maka nbiomassa akan dibuang. Pemanenan dapat dilakukan kembali dengan sedimentasi atau filtrasi.

 

  • Target akhir dari proses downstream untuk untuk produk intraseluler adalah enzim, protein rekombinan dan produk lain yang terdapat di dalam sel. Sebab itu, dinding sel serta membran sitoplasma dari mikroorganisme tersebut perlu dirusak. Dengan demikian, penghancuran sel dapat dilakukan melalui mekanis dan non mekanis. Adapun metode secara mekanis yang digunakan, seperti penggilingan, metode liquid shear, dan metode ultrasonik. Lalu, cara non mekanis, misalnya metode autolisis, osmotic shock, liofilisasi, dan thermolysis.

 

  • Pemurnian produk bertujuan untuk memurnikan produk dari pecahan sel atau kotoran lainnya. Pemurnian awal berdasarkan sifat fisiko-kimia dari molekul produk. Tingkat kemurnian yang harus dicapai disesuaikan dengan tujuan penggunaan. Tahapan proses pemurnian dapat berbeda bergantung proses fermentasi sebelumnya. Salah satu, metode yang dapat digunakan, yaitu salting out protein diikuti pengendapan melalui sentrifugasi jika produk yang ditargetkan berupa protein.

Pengurangan kelarutan protein juga, dapat dilakukan menggunakan pelarut organik, seperti aseton, etanol, dan isopropanol. Metode lainnya, dapat menggunakan teknik kromatografi, dialysis, dan elektrodialisis.

 

  • Tahap akhir produk, untuk membuat produk 98 hingga 100% murni dilakukan melalui kristalisasi dan pengeringan. Kristalisasi melalui penguapan atau penambahan bahan kimia yang reaktif terhadap zat terlarut, contohnya dengan menambahkan pelarut, garam, polimer (PEG), dan polielektrolit. Pengeringan pun dapat dilakukan dengan spray drying, rotary drum (cocok untuk sistem batch dengan volume kecil) dan freeze drying (digunakan untuk produk enzim dan obat-obatan dengan aktivitas biologis).

 

pipet otomatis

Sistem Pipet Otomatis

Pipette merupakan instrumen dasar yang kerap ditemukan di tiap laboratorium, baik laboratorium kimia, biologi, sel, biomolekuler, kimia analitik, te medis, dan lainnya. Saat ini, terdapat tiga sistem pipetting, yaitu manual, semi otomatis, dan, pipet otomatis.

Pipet otomatis

Umumnya, yang dimaksud dengan sistem pipet otomatis adalah suatu alat yang melakukan transfer cairan secara otomatis dan telah terprogram. Keuntungan dari sistem pemipetan ini, di antaranya.

  • Meningkatkan reproduktivitas dan throughput tinggi.
  • Sistem pemipetan otomatis dapat memproses ratusan sampel sekaligus.
  • Mengurangi risiko human error.
  • Pemipetan otomatis menghilangkan variasi dari gaya pemipetan pengguna yang berbeda.
  • Meningkatkan presisi dan mengurangi beban kerja.

Sistem pipet otomatis memiliki kepala pemipetan (dispensing tools) yang berfungsi untuk menyedot cairan dan mengeluarkan cairan di atas wadah tujuan. Tip ini, digunakan untuk mengatasi cair tersebut.

Tip yang digunakan pun, dapat berupa struktur permanen atau tip sekali pakai. Biasanya, tip yang digunakan ialah tip sekali pakai yang terbuat menggunakan cetakan dan terbuat dari bahan polypropylene.

Keuntungan dari tip sekali pakai, untuk meminimalisasi aerosol masuk ke dalam pipette. Nantinya, dapat menjadi sumber kontaminasi atau penyebab kerusakan pada pipette. Beberapa parameter penting yang mempengaruhi transfer cairan dalam sistem pemipetan otomatis, seperti.

  • Kepala pemipetan (Dispensing tools), kepala pemipetan adalah komponen mekanis yang dirancang untuk transfer cairan pada sistem pompa peristaltik. Kepala pipette yang daoat digunakan berupa  ataupun multi channel.

Untuk itu, perlu disesuaikan dengan banyaknya sampel dan kebutuhan. Pada multichannel menghasilkan throughput yang lebih tinggi, memiliki fleksibilitas dan reproduktivitas yang lebih besar. Kepala pemipetan ditempatkan pada sistem sumbu otomatis berdasarkan motor servo atau motor stepper.

  • User Interface, dapat memungkinkan komunikasi antara pengguna dan sistem melalui PC. User dapat membuat program dan protokolnya melalui sistem ini yang disesuaikan dengan tujuannya.
  • Area kerja, zona di mana pengeluaran cairan terjadi dan menjadi area kepala pipet dispensing tools bergerak. Area kerja tempat semua labware disimpan sesuai dengan posisinya. Labware dapat dikenali melalui sensor kepala pipette, apakah posisi labwarenya tepat atau tidak.
  • Limbah, wadah limbah merupakan wadah khusus untuk menyimpan tip sekali pakai yang digunakan oleh sistem. Hal ini, dapat digunakan pula untuk membuang kelebihan cairan.

Salah satu, penanganan sistem pemipetan otomatis dari Eppendorf, yakni epMotion yang dirancang untuk membantu mengotomatisasi pemipetan rutin untuk menghemat waktu. EpMotion dapat membantu mengurangi kesalahan pemipetan manual dan memaksimalkan reproduktifitas pengujian karena otomatisasi.

EpMotion dilengkapi pula, dengan perangkat lunak yang unik serta pembuatan program yang mudah yang memungkinkan mengatur tugas yang komples dengan pelatihan minimal. Bahkan, epMotion tersedia dalam empat format, yaitu epMotion 5070,5073, dan 5075. Dengan opsi peningkatan yang berbeda, memberikan fleksibilitas untuk menyesuaikan sistem dengan aplikasi spesifik yang dibutuhkan.

mikroalga

Tahapan Produksi Mikroalga

Jumlah populasi manusia yang kian meningkat sejalan dengan konsumsi pangan dan energi yang terus melonjak. Adapun, pencemaran lingkungan akibat limbah rumah tanggga dan industri yang terkontrol. Salah satu, cara untuk mengatasi hal tersebut ialah menggunakan mikroalga.

Mikroalga

Mikroalga merupakan mikroorganisme unisel yang berukuran antara 3 – 30 µm, berklorofil, hidup di air tawar atau laut, membutuhkan karbondioksida. Bahkan, memerlukan pula nutrien dan cahaya untuk berfotosintesis.

Energi yang dihasilkan berupa energi kimiawi dalam bentuk biomasssa, misalnya karbohidrat, lemak, protein, dan lainnya, Pemanfaatan hasil dari microalga, yaitu biomassa yang besar dan tidak membutuhkan lahan yang luas untuk tahap kultivasi.

Kultivasi microalga sendiri, suatu teknik perbanyakan (budidaya) dalam lingkungan yang terkontrol dan bertujuan untuk meningkatkan sel. Sebab itu, diperolehnya biomassa sesuai dengan tujuan yang diinginkan.

Pelbagai faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroalga, di antaranya faktor abiotik (cahaya, temperatur, nutrisi, O2, Co2, pH, dan salinitas), biotik (jamur, bakteri, virus, dan lainnya) dan faktor teknik permanenan. Berikut tahapan kultivasi microalga.

  1. Isolasi, bertujuan untuk mendapatkan sel mikroalga yang diinginkan dan dikembangkan dalam skala massal.
  2. Skala semi massal, sebelum mikroalga diproduksi dalam jumlah besar. Mikroalga disiapkan dalam skala semi masal di rumah kaca atau menggunakan bioreaktor berukuran sedang untuk menghindari kontaminasi. Lalu, akan beradaptasi dengan lingkungan semi steril sebelum dijadikan skala komersial. Tahap ini, dilakukannya pengadukan kultur untuk menghindari pengendapan, penyebaran nutrien yang merata, dan pencahayaan yang seragam.
  3. Skala komersial, keberhasilan mikroalga bergantung pada cuaca, lingkungan dan kontaminan. beberapa metode kultivasi skala komersial yang umum digunakan adalah open pond raceways (sistem terbuka) dan photoboreactor (sistem tertutup).

Sistem terbuka, proses produksi di luar ruangan serta bergantung pada cahaya matahari dalam penyinarannya.  sistem tertutup, menggunakan fotobioreaktor sehingga dapat digunakan di dalam atau di luar ruangan.

Fotobioreaktor, yaitu bioreaktor yang digabungkan dengan sumber cahaya tertentu, lebih mudah dikontrol dan disesuaikan dengan lokasi pemasangan, mencegah kontaminasi, mencegah penguapan air serta CO, dan tidak memerlukan area yang luas. Sebab, setelah beberapa hari kultivasi kultur baru dapat dilakukan pemanenan.

Terdapat beberapa teknik microalga yang dapat dilakukan, seperti sentrifugasi, filtrasi, sedimentasi, flokulasi, folotasi, ultrasonic vibration, screening.

Aplikasi mikroalga

  • Kandungan klorofil mikroalga bermanfaat untuk bahan makanan dan kosmetik
  • Antioksidan dan antibiotik dimanfaatkan sebagai sumber bahan baku bagi industri farmasi
  • Protein, vitamin, dan polisakarida mircoalga digunakan untuk suplement atau pakan tambahan
  • Lipid yang terkandung dalam mikroalga dapat diekstraksi menjadi sumber bahan bakar serta hasil sampingan dari prosesnya dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku biometana, biofuel, bioethanol, dan biohidrogen.
  • Membantu penyerapan karbondioksida untuk proses fotosintesis sehingga memiliki dampak positif untuk lingkungan.
  • Beberapa jenis microalga pula, dapat menyerap nitrogen dan mengabsorpsi logam berat serta fosfor.