media pertumbuhan

Ragam Jenis Media Pertumbuhan

Media digunakan untuk membiakan mikroorganisme di laboratorium. Media ini dikenal dengan media pertumbuhan yang mana berisi zat atau senyawa dan lingkungan sesuai dengan kebutuhan untuk berkembangbiak mikroorganisme yang digunakan untuk pertumbuhan, sintesis sel, energi untuk pergerakan.

Biasanya zat hara yang digunakan adalah air, sumber energi, seperti karbon, nitrogen, sulfur, fosfat, oksigen, hidrogen serta unsur-unsur sekelumit (trace element). Faktor pertumbuhan lainnya yang digunakan, misalnya asam amino, vitamin atau nukleotida. 

Jenis media pertumbuhan

Media pertumbuhan sendiri kerap terbagi atas berbagai jenis, di antaranya.

  1. Media hidup, media hidup banyak ditemukan di laboratorium virology, biasanya digunakan untuk pembiakan virus. Beberapa dipakai untuk pembiakan bakteri tertentu yang digunakan pada hewan percobaan. Contoh media hidup yang digunakan hewan percobaan,telur berembrio, biakan jaringan, manusia, sel-sel biakan bakteri untuk penelitian bakteriofage.
  2. Media mati, yang terdiri tas dua jenis, yakni media padat, cair, dan semi solid.

 

Media padat, digunakan untuk kultur bakteri atau untuk mengetahui dan mempelajari koloni bakteri dalam bentuk padat. Hal ini dikarenakan, media padat menjaga sel tidak berpindah sehingga akan memudahkan menghitung dan memisahkan koloni bakteri.

Media padat juga menampilkan difusi hasil metabolit bakteri sehingga memudahkan dalam pengujian metabolit yang ditampakan pada halo sekitar koloni.  Media padat didapat dengan menambahkan agar-agar yang berasal dari alga atau ganggang yang memiliki bahan pemadat bisa juga ditambahkan gelatin. Berikut penggolongan media padat berdasarkan bentuknya.

  • Media agar cawan, mikroorganisme yang tumbuh pada media ini akan tumbuh terkumpul menjadi koloni di permukaan agar dan hasil metabolit dapat berdifusi disekelilingnya. Media ini, digunakan untuk enumerasi, isolasi, karakteristik, dan lainnya.
  • Media agar miring, agar yang dibentuk dalam tabung reaksi dan dibuat miring untuk memperlebar luas permukaan. Media ini berfungsi untuk menumbuhkan kultur mikroorganisme yang akan disimpan.

media pertumbuhan

 

Media cair, media yang mengandung larutan cair dari satu atau lebih kostituen. Media ini digunakan untuk mengoptimumkan pertumbuhan bakteri karena untuk memperkaya sebelum bakteri tersebut dikultur pada media padat, dapat juga untuk mengetahui karakter suatu mikroorganisme berdasarkan kebutuhan o2 atau pada proses fermentasi.

 

Medium cair pada tabung, botol atau erlenmeyer pada umum nya dinamakan “broth”. Contoh media cair yaitu Nutrien Broth (NB), Lactose Broth (LB), media kaldu, alkali pepton, 7H9. 

cair

 

 

Media semisolid (setengah padat), dibuat berdasarkan bahan yang sama dengan media padat, tetapi komposisi agar nya jauh lebih sedikit sehingga menjadi sedikit kenyal, tidak padat dan tidak begitu cair. Media ini dibuat mengetahui pertumbuhan mikroba dan melihat motilitas (pergerakan) bakteri, karena konsentrasi agar yang tidak begitu padat cenderung membuat bakteri

 motil dapat bergerak dan berpindah, sedangkan non-motil akan diam ditempatnya. Media ini juga bertujuan untuk menekan atau mencegah difusi oksigen.

semi solid

 

Tahapan Cara Membersihkan Centrifuge

Alat laboratorium harus dilakukan pembersihan secara berkala, karena banyak dampak yang akan terjadi jika kita tidak melakukan pembersihan terhadap alat laboratorium tersebut. Beberapa di antaranya, alat akan cepat rusak, meningkatkan risiko kontaminasi silang dan lainnya. Salah satu, alat yang menjadi instrumen dasar di laboratorium adalah Centrifuge. 

Centrifuge merupakan alat yang digunakan untuk memisahkan cairan berdasatkan perbedaan berat jenisnya. Apabila perangkat tersebut tidak dibersihkan dengan baik dan benar akan mengalami deteriorasi untuk rpm dan timer sehingga akan menimbulkan ketidaksesuaian dalam penggunaanya.

Cara membersihkan Centrifuge

 

Harus diperhatikan sampel terakhir yang digunakan termasuk kedalam cairan infeksius atau tidak. Jika, sampel yang digunakan infeksius harus dilakukan dekontaminasi terlebih dahulu sesuai dengan jenis sampel yang digunakan. 

 

  • Hal pertama yang diperhatikan, yakni menggunakan sarung tangan saat membersihkan centrifuge untuk mengurangi resiko dari kecelakaan kerja yang berbahaya bagi user. Berikutnya, matikan saklar daya, lepas koneksi kabel power, dan bersihkan bagian luar.
  • Buka lid/tutup dari centrifuge, kemudian angkat rotor dari chamber secara hati-hati. Bagian chamber dan poros rotor bisa dibersihkan menggunakan kain bebas serat dengan menggunakan pembersih khusus seperti Cleaning Solution / Neutral Detergent. Lakukan pembersihan secara searah sebab akan menimbulkan goresan di dalam chamber. Selain menggunakan cleaning solution, dapat juga menggunakan alkohol 70% yang disemprotkan terlebih dahulu ke kain bebas serat, jangan langsung disemprotkan ke chamber atau langsung mengenai housing dari centrifuge.  

centrifuge

  • Rotor yang telah dilepas dibersihkan dengan bahan pembersih yang sama dan menggunakan kain bebas serat untuk menghindari goresan di rotor. Hole tempat menyimpan tabung harus dibersihkan juga karena bagian ini yang paling tinggi resiko kontaminasi nya. Untuk membersihkan bagian hole bisa menggunakan sikat yang lembut untuk menjangkau bagian dasar dari lubang rotor tersebut. Gunakan alkohol 70% untuk membersihkannya. Terkadang ditemukan penumpukan sampel yang sudah mengkristal atau ada bercak di rotor tersebut akibat kebocoran sampel dan hal ini akan menyebabkan karat dan mengurangi masa pakai dari centrifuge. 
  • Setelah rotor dibersihkan, keringkan dengan menggunakan lap kering atau rotot disimpan pada posisi terbalik, agar air yang digunakan untuk membersihkan tidak menggenang di dasar hole. 

  • Beri pelumas atau lubrikasi pada bagian-bagian tertentu yang rentan bergesekan contohnya pada pengunci tutup rotor, karet segel untuk tutup rotor, gasket untuk chamber. 
  • Centrifuge dengan tipe berpendingin harus di cek tempat penampungan air nya yang berada di bagian bawah centrifuge, karena jika air tersebut tidak dibuang akan meningkatkan kontaminasi dan mengurangi umur pemakaian dari centrifuge. 

pembersihan centrifuge

 

Setelah semua terlumasi dengan baik, kemudian pasang kembali komponen centrifuge tersebut, dipastikan semua baut dan pengunci terpasang dengan baik dan kencang, lalu biarkan tutup centrifuge terbuka semalaman. Setelahnya, telah siap untuk digunakan kembali.

 

kontaminasi laboratorium

Kontaminasi di Laboratorium PCR

Tiap laboratorium memiliki risiko kontaminasi yang berbeda sebab penggunaan sampel dan pelbagai reagen yang berbeda. Salah satu, laboratorium yang memiliki tingkat kontaminasi cukup membahayakan ialah laboratorium PCR.

Hal ini dikarenakan, sampel yang digunakan dalam laboratorium PCR adalah DNA atau RNA. Kedua sampel tersebut memiliki tingkat kerawanan cukup tinggi akan terjadinya kontaminasi.

Kontaminasi di laboratorium

Salah satu, contoh pengerjaan yang dilakukan di laboratorium ini, yaitu tes PCR. Mekanisme dari tes tersebut, yakni dengan melakukan amplifikasi atau perbanyakan segmen pendek sekuen DNA yang menghasilkan kopi DNA/RNA atau disebut amplikon.

Sayangnya, jika penanganan hal tersebut tidak tepat maka akan menghambat pekerjaan di lab dan mendapatkan risiko hasil palsu. Untuk itu, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan, di antaranya.

  • Sumber kontaminasi laboratorium PCR

Kontaminasi silang dari penggunaan perlatan dapat memengaruhi hasil dari pengujian di laboratorium. Selain itu, jika laboratorium terkontaminasi proses dekontaminasi membutuhkan biaya cukup banyak dan memakan waktu.

Dampak lain dari hal ini dapat menghambat pemeriksaan dan menimbulkan back log. Beberapa sumber kontaminan umumnya, dimulai dari penanganan specimen yang kurang steril, kontaminasi aerosol, kontaminasi dari berbagai permukaan alat di lab, dan regaen.

Tak hanya itu, bahan habis pakai yang digunakan serta kecelakaan kerja di laboratorium merupakan sumber kontaminasi yang kerap terjai di laboratorium PCR. Pencegahan yang dapat dilakukan, yaitu membuat desain, struktur organisasi, dan mengikuti SOP praktik kerja laboratorium dengan tepat.

  • Desain laboratorium

Desain mengenai tata letak laboratorium perlu diperhatikan dan disesuaikan dengan kebutuhan pengujian. Desain laboratorium untuk pemeriksaan PCR pada prinsipnya terbagi atas tiga area, antara lain.

  1. Ruang preparasi reagen, ruangan ini digunakan untuk preparasi master mix PCR. Karenanya, ruangan ini merupakan area bersih dan bebas dari bermacam agen biologis, contohnya RNA, DNA, sampel, kultur, produk PCR.
  2. Ruang ekstraksi dan penambahan sampel, ruang ini berfungsi untuk mengekstraksi asam nukleat dan memasukkan sampel. Bahkan, digunakan pula untuk menambahan control negatif pada tube PCR mix yang telah disiapkan dari ruang preparasi reagen. Berikutnya, seluruh spesimen diharuskan untuk langsung masuk ke dalam ruangan dan tidak boleh ada sampel klinis yang masuk ke ruangan ke dalam ruangan amplifikasi.
  3. Ruang amplifikasi atau posit amplifikasi, dalam ruangan ini terdapat mesin PCR untuk amplifikasi DNA/RNA. Kontrol positifpun ditambahkan pula di ruangan ini.

Tiap alur kerja yang ada di laboratorium PCR perlu dilakukan secara searah. Hal ini betujuan, agar tidak terjadinya kontaminasi silang dan efektivitas waktu. Selanjutnya, masing-masing ruangan perlu memiliki alat-alat tersendiri untuk preparasinya sehingga tidak boleh menggunakan perangkat dari ruangan lain sebab dapat meningkatkan risiko kontaminasi.

 

laboratorium PCR

Laboratorium PCR

Polymerase Chain Reaction (PCR), yakni alat pemeriksaan di laboratorium molekuler yang berfungsi untuk mendeteksi material genetik suatu mikroorganisme. Penggunaan laboratorium PCR saat ini, sangatlah luas sebab tidak hanya digunakan untuk diagnosis suatu penyakit namun untuk pemeriksaan lain, misalnya mendeteksi kandungan babi dalam makanan, ekologi, forensik, dan lainnya.

Prinsip laboratorium PCR

Prinsip laboratorium PCR ialah memerlukan alat dan perangkat laboratorium pendukung lainnya, selain instrument PCR. Hal ini dikarenakan, untuk mengetahui suatu material genetik tertentu dibutuhkan proses, di antaranya DNA/RNA ekstraksi, PCR setup, amplifikasi, dan post PCR. Berikut perangkagt pendukung laboratorium PCR.

  1. Biosafety Cabinet level II, berfungsi memberikan pelindungan bagi user untuk meminimalisasi kontaminasi dari sampel yang digunakan, misalnya bakteri atau virus yang bersdifat pathogen. Selanjutnya, penggunaan BSC dapat digunakan untuk menjaga lingkungan tempat kerja dengan sistem HEPA filter. BSC level II umumnya, digunakan untuk menguji mikroba yang memiliki potensi bahaya sedang.
  2. Laminar airflow atau PCR hood, ruang kerja yang dirancang khusus untuk melakukan preparasi sampel atau PCR setup. Selain itu, berfungsi untuk menyediakan lingkungan yang steril agar sampel atau produk terlindungi dari kontaminasi silang.
  3. PCR atau qPCR, Polymerase Chain Reaction digunakan untuk melakukan amplifikasi (perbanyakan) DNA/RNA. Dua jenis PCR yang digunakan, yaitu Realtime PCR dan PCR konvensional. Perbedaan dari kedua jenis tersebut adalah adanya perangkat computer pada Realtime PCR sedangkan PCR konvensional hanya dilengkapi dengan gel elektroforesis dan gel dokumentasi.
  4. Micropipette, Instrumen dasar laboratorium yang berfungsi untuk memindahkan cairan dalam jumlah kecil secara akurat. Ukuran terkecil dari micropipette berkisar 0.1 mikro – 10 mL. Range volume yang dimiliki berbeda-beda bergantung dari kebutuhan di laboratorium.
  5. Autoclave, alat pemanas bertekanan yang digunakan untuk mensterilkan instrument, alat-alat, bahan maupun media, dengan uap bersuhu dan bertekanan tinggi. Perlengkapan dan peralatan laboratorium dituntut untuk dalam kondisi steril dari virus, bakteri, jamur, atau mikroorganisme lain. 

Sebab, jika tidak dilakukan sterilisasi alat maka akan mengganggu pekerjaan di laboratorium hingga kegagalan pengujian di laboratorium akibat adanya kontaminasi silang.

  1. Refrigerator untuk reagen, perangkat ini berfungsi untuk menyimpan reagen sebelum dan setelah digunakan dengan temperature yang sesuai untuk menyimpan reagen tersebut.
  2. Freezer -80˚C, bertujuan sebagai tempat menyimpan spesimen ataupun sampel yang digunakan berupa DNA/RNA. Bahkan, freezer ini perlu memiliki sistem keamanan otomatis sehingga dapat menjaga suhu dengan stabil.
  3. Coolbox, digunakan untuk menyimpan sampel jika jarak antara sampel dan laboratorium cukup jauh agar sampel tidak rusak selama perjalanan.
  4. Refrigerated centrifuge, perangkat yang berfungsi untuk memisahkan suatu sampel atau larutan berdasarkan ukuran partikelnya. Dibutuhkan pula, centrifuge yang memiliki pengontrol suhu dan penutup rotor aerosoltight sehingga mampu memininalisasi terjadinya kontaminasi.
  5. Spindown, alat untuk menurunkan sisa-sia larutan yang menempel pada dinding tabung/tube.
  6. Vortex, berfungsi untuk melakukan proses homogenisasi sejumlah bahan dalam suatu tabung.
jenis plastik

Jenis Plastik di Laboratorium

Hampir berbagai jenis kegiatan dan industri saat ini, membutuhkan plastik baik kebutuhan sehari-hari maupun industri kesehatan. Umumnya, penggunaan plastik di laboratorium untuk consumables, seperti tips, tube, deep well plate, dan perangkat laboratorium lainnya. Untuk itu, diperlukannya pelbagai jenis plastik di laboratorium.

Jenis plastik di laboratorium

Di bawah ini terdapat berbagai jenis plastik di laboratorium yang kerap digunakan.

  • PET (Polyethylene Terephthalate)

Bahan plastik yang paling sering dijumpai dalam sehari-hari. Plastik jenis ini, berwarna transparan dan tidak dapat tembus air. 

Plastik PET kerap digunakan sebagai botol minuman, kosmetik, dan makananan. Akan tetapi, penggunaan plastik jenis ini disarankan untuk satu kali pemakaian. 

Hal ini dikarenakan, jika digunakan secara berulang akan menimbulkan bahaya. Sebab, saat terpapar suhu hangat bahan polimer akan meleleh dan mengeluarkan zat kasinogenik yang mengandung antimon trioksida.

Zat tersebut, merupakan penyebab kanker pada jaringan hidup. Selain itu, potensi pelepasan antimon akan semakin besar seiring dengan semakin lama cairan dibiarkan dalam wadah PET.

  • High Density Polyethylene (HDPE)

Jenis plastik satu ini, memiliki ketahanan lebih kuat dan tebal dibandingkan PET. Hal ini disebabkan, kerapatan molekul lebih tinggi sehingga dapat bertahan terhadap pelarut serta suhu tinggi.

Akibat memiliki bahan yang tebal dan dapat bertahan di suhu tinggi membuat HDPE mampu mencegah reaksi kimia antara kemasan dengan produk di dalamnya. Penggunaan HDPE biasanya terdapat pada kemasan galon air, bahan kimia rumah tangga (botol sampo, deterjen, pembersih, dan lainnya).

  • Polyvinyl Chloride (PVC)

PVC, salah satu jenis plastik yang digunakan untuk industri konstruksi, misalnya pipa, pintu, jendela, kabel. Selanjutnya, PVC kerap dipakai untuk keperluan medis, seperti tabung medis dan kantong darah tetapi, sangat jarang digunakan pada industri pangan. 

Sebab, jenis plastik ini termasuk salah satu yang paling berbahaya. Untuk itu, plastik PVC jarang di daur ulang dikarenakan dapat menyebabkan risiko kesehatan serta lingkungan.

  • Low Density Polyethylene (LDPE)

Berbeda dengan sebelumnya, jenis plastik LDPE paling banyak digunakan. Memiliki struktur polimer plastik paling sederhana, murah serta mudah untuk diproses.

Bahkan, LDPE dapat bertahan lama, fleksibel tinggi serta tahan akan pelarut kimia. Karenanya, LDPE sangat aman jika digunakan sebagai wadah makanan, maupun untuk pelapis karton susu kertas, kantong makanan beku, dan lainnya.

  • Polypropylene (PP)

Polypropylene, jenis plastik yang mirip LDPE tetapi lebih tahan panas dan lebih kaku. PP merupakan bahan plastik yang paling aman untuk wadah makanan, minuman serta dapat digunakan secara berulang. 

Jenis plastik PP, sering kali digunakan untuk peralatan makan bayi, popok sekali pakai, dan consumables laboratorium. Salah satu produk consumables laboratorium dari Eppendorf terbuat dari bahan Virgin Polypropylene, plastik jenis ini merupakan bahan plastik baru atau bukan berasal dari plastik daur ulang. 

Dengan demikian, kualitas yang dihadirkan sangat baik dan dapat tahan panas dari reaksi kimia. Bahan jenis tersebut pun, sangat dibutuhkan dalam pengerjaan di laboratorium.

Hal ini dikarenakan, prosedur kerja di laboratorium menggunakan temperatur panas ataupun dingin, mixing serta autoclave untuk menjaga sterilitasnya.

  • Polystyrene (PS)

Polystyrene, jenis plastik yang digunakan untuk styrofoam. Telah diketahui, bahwa penggunaan Styrofoam sudah banyak digunakan, yaitu untuk cooler box, tempat penyimpanan, ataupun wadah makanan. 

Sayangnya, Styrofoam tidak dapat terpapar panas sebab saat terpapar panas kemudian terakumulasi di dalam tubuh menyebabkan masalah serius pada otak, keseimbangan hormone estrogen, sistem reproduksi, syaraf, gen, paru-paru, hati, dan sistem kekebalan tubuh.

  • Other

Jenis plastik ini, tidak termasuk dalam kategori di atas serta dibentuk dengan mencampurkan dua atau lebih jenis plastik berbeda. Beberapa jenis plastik yang termasuk dalam kategori ini, antara lain SAN (Styrene acrylonite), ABS (Acrylonitrile butadiene styrene), PC (Polycarbonate), dan Nylon. Tak hanya itu, plastik jenis ini sangat sulit untuk didaur ulang sehingga penggunaannya perlu dibatasi.