Cara Identifikasi Bakteri Pada Makanan Busuk!
Kontaminasi produk makanan di industri pangan kerap terjadi. Biasanya, diakibatkan adanya mikroorganisme yang tidak diinginkan di dalam makanan sehingga, menimbulkan berbagai masalah, seperti pembusukkan. Sebab itu, dibutuhkannya identifikasi bakteri agar dapat meminimalisasi bahaya mikrobiologis dari patogen bawaan makanan.
Identifikasi bakteri pembusukan makanan
Pembusukkan makanan didefinisikan sebagai perubahan yang tidak diinginkan dalam komposisi serta kualitas makanan dari keaadan normalnya. Perubahan tersebut, dapat diamati melalui bau, rasa, tampilan produk, dan warna.
Pun, adanya faktor lain yang dapat mempercepat pembusukkann makanan, misalnya kelembapan cahaya, mikroorganisme, udara dan oksigen. Secara langsung, jika terdapat mikroorganisme yang tidak diinginkan dalam makanan maka dianggap kontaminasi.
Keamanan suatu produk makanan bagi konsumen sangat bergantung keberadaan dan sifat mikroorganisme. Kontaminasi makanan dapat terjadi secara alami maupun buatan.
Kontaminasi alami terjadi saat mikroorganisme yang tidak diinginkan menempel pada makanan, contohnya buah-buahan yang mudah membusuk akibat terkontaminasi ragi. Ragi memfermentasikan karbohidrat yang terdapat dalam buah tersebut hingga akhirnya buah akan cepat membusuk.
Lain dengan itu, kontaminasi makanan secara buatan terjadi saat produk makanan dalam tahap pemrosesan, misalnya saat bakteri tinja masuk ke makanan. Hal ini disebabkan, prosesdur penanganan yang kurang tepat.
Perubahan pun dapat terjadi bergantung pada komposisi makanan, mikroorganisme yang terdapat di dalamnya serta hasil reaksi kimia berkaitan dengan aktivitas metabolisme yang ikut tumbuh dalam makanan yang telah terkontaminasi.
Metode pengidentifikasian
Pengidentifikasian bakteri perlu dilakukan untuk mengendalikan dan meminimalkan bahaya mikrobiologis dari patogen bawaan makanan serta memperkirakan tingkat umur simpan prduk makanan. Berikut metode yang dirancang untuk identifikasi bakteri.
- Identifikasi bakteri dengan metode klasik, cara ini menggunakan alat klasif yang mengandalkan proses kultur untuk melihat karakteristik morfologi, fisiologis, dan biokimia. Identifikasi fenotipik berdasarkan perbandingan langsung karakteristik fenotipik bakteri yang tidak diketahui dari kultur jenis.
Salah satu, keunggulan dari identifikasi ini berbanding lurus dengan jumlah karakterisitik fenotipik yang serupa. Seluruh kaarakteristik yang diketahui diperhitungkan saat proses pengklasifikasian.
Biasanya, proses pengidentifikasian primer melibatkan beberapa tes sederhana, seperti morfologi koloni, pewarnaan Gram, kondisi pertumbuhan, katalase, dan tes oksidase. Akan tetapi, adanya kekurangan dari pengidentifikasian secara biokimia dan fisiologis, yakni hasil identifikasi yang diberikan kurang baik kemudian kerap terjadinya kesalahan identifikasi, membutuhkan waktu yang relatif lama, dan hanya dapat digunakan untuk organisme yang dibudidayakan secara in vitro.
- Identifikasi bakteri dengan metode berbasis DNA, pengidentifikasian ini merupakan perkembangan dari metode kultur tradisional. Keuntungan metode ini, lebih cepat, sensitif, dan akurat. Selain itu, metode molekuler menggunakan biaya yang lebih tinggi.
Teknik berbasis DNA ini, terdiri atas susunan gen yang dapat menghibridisasi beberapa target DNA secara bersamaan. Karenanya, memiliki potensi lebih besar untuk deteksi dan identifikasi patogen.
Microarray ialah teknologi kuat, sensitif serta spesifik untuk identifikasi akurat. Hal ini berdasarkan deteksi target tunggal sehingga dapat menentukan perbedaan halus dalam genom.
- Spektrometri massa untuk identifikasi, metode ini berpotensi tinggi dalam mendeteksi dan identifikasi protein bakteri. Selanjutnya, spektrometri terbukti menjadi teknik yang berpotensi tinggi untuk identifikasi mikroorganisme karena kecepatannya, biaya yang minim, dan preparasi sampel yang minim.
Hal tersebut, jika dibandingkan dengan teknik biokimia dan molekuler konvensional. Tak hanya itu, berdasarkan sumber ionisasi, spektrometri massa terbagi menjadi dua, yaitu electrospray ionization (ESI) dan matrix-assisted laser desorption/ionization (MALDI).