Hati-Hati Foodborne Disease, Simak di Sini!
Sebagai kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi, pangan diperlukan terbebas dari berbagai cemaran berbahaya. Cemaran ini, dapat berupa biologis (bakteri patogenik, parasit, cacing, virus, kapang atau cendawan). Biasanya, cemaran biologis menyebabkan terjadinya foodborne disease.
Adapun, pencemaran yang diakibatkan oleh kimiawi (mikotoksin, cemaran logam berat, residu antibiotik), fisika (serpihan kaca, potongan kayu, logam, batu, pasir, benang, rambut) dan lainnya yang mengganggu maupun merugikan.
Foodborne disease
Foodborne disease adalah penyakit pada manusia yang disebabkan oleh agen penyakit masuk melalui makanan yang dikonsumsi telah terkontaminasi. Biasanya, penyakit ini dikenal dengan “keracunan makanan”.
Walaupun begitu, istilah ini dianggap kurang tepat dikarenakan foodborne disease disebabkan oleh virus, bakteri, dan parasit. Sehubungan dengan itu, beberapa negara telah membuat regulasi untuk mencegah terjadinya kasus Kejadian Luar Biasa (KLB) yang diakibatkan oleh foodborne disease.
Hal ini, merujuk kenyataan penyakit, seperti diare dan listeria dapat berdampak sangat buruk jika dibiarkan. Untuk mengatasi kondisi tersebut, industri pangan kerap melakukan deteksi patogen sebelum mengkormesilkan produknya.
Deteksi mikroorganisme patogen dalam makanan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu konvensional (mengkultur mikroorganisme dalam media tertentu) dan molekuler. Akan tetapi, deteksi secara konvensional membutuhkan waktu lebih lama serta adanya risiko kontaminasi lebih besar.
Untuk itu, deteksi molekuler dianggap sebagai pilihan lebih baik karena lebih efektif, efisien, dan sensitif. Salah satu deteksi berbasis molekuler dapat menggunakan PCR konevensional ataupun RealTime.
RT PCR dapat mendeteksi materi genetik mikroorganisme patogen menggunakan primer dan probe (penanda) yang spesifik sehingga, hasil yang didapatkan jauh lebih akurat. Lalu, Real-time PCR dapat digunakan untuk menggandakan DNA target dari suatu organisme untuk tujuan mengetahui kuantitas DNA secara relatif.
Bahkan digunakan pula untuk mengetahui ekspresi gen (kuantifikasi mRNA), deteksi keberadaan DNA target, menentukan jenis SNP (Single Nucleotide Polymorphism) serta kurva Tm (Melting Curve), dan melakukan skrining High Resolution Melting (HRM). Selanjutnya, pengamatan DNA tadi dilakukan saat reaksi masih berlangsung.
Upaya menghidari kontaminasi bakteri
Menghindari kontaminasi mikroorganisme patogen dapat dilakukan dengan proses pemasakan yang baik, di antaranya.
- menggunakan suhu tinggi saat proses masak
- menjaga kualitas bahan yang digunakan, pun perlu dipastikan peralatan memasak yang digunakan dalam keadaan bersih.
- Orang yang terlibat dalam proses pengolahan makanan harus menjaga kebersihan diri seperti pakaian, peralatan serta lingkungan yang digunakan dalam proses pengolahan agar terhindar risiko kontaminasi silang ( cross contamination).