Fungsi Thermostat dan Thermomixer Laboratorium

Penggunaan sampel dalam uji laboratorium ialah sangat esensial. Sebab, dengan menggunakan sampel dapat diketahui informasi yang diinginkan. Sampel perlu diperlakukan sesuai dengan peruntukannya agar dapat mecapai tujuan tersebut. Tidak hanya itu, faktor yang dapat menentukan akurasi uji laboratorium ialah kualitas sampel. Karena itu, sampel harus diambil, dikumpulkan, dan ditangani dengan tepat. Penanganan sampel secara mendasar melalui proses pencampuran agar homogen, pemanasan, pendinginan ataupun pengkombinasian. Salah satu, alat laboratorium yang dapat melakukan hal tersebut, yaitu Thermomixer dan ThermoStat. Meskipun terdengar sama, namun terdapat perbedaan thermomixer dengan ThermoStat, di antaranya.

ThermoMixer

Thermomixer merupakan alat laboratorium yang dapat digunakan untuk menangani berbagai kebutuhan sampel, seperti untuk mengatur suhu dan mixing. Bahkan, thermomixer menggabungkan kinerja pencampuran dengan kontrol suhu yang sangat baik sehingga dapat memastikan hasil pengujian yang tepat.

Kontrol suhu untuk pendinginan yaitu 15°C di bawah suhu ruang dengan maksimal suhu 1°C dan suhu maksimal panas 100°C.  Fungsi lain dari Thermomixer, bisa digunakan untuk mixing dengan berbagai jenis dan ukuran, mulai dari micro tube, PCR plates hingga conical tube ukuran 50 mL namun perlu disesuaikan dengan Smartblock yang digunakan.

Pencampuran sampel untuk volume microliter biasanya menjadi masalah karena jumlah volume yang sedikit namun, dengan Thermomixer kinerja pencampuran sampel volume mikroliter akan jauh lebih baik hasilnya. Hal ini dikarenakan, Thermomixer menggunakan sistem 2D Mix-Control.

Sistem tersebut bekerja secara sirkular yang terkontrol sehingga hasil yang didapat jauh lebih baik meskipun dengan sampel yang tidak biasa. Jadi, alat ini memiliki tiga fungsi, yaitu untuk mixing, cooling, dan heating. ThermoMixer dapat digunakan untuk berbagai uji laboratorium, seperti purifikasi plasmid/DNA/RNA, sintesis cDNA, ekstraksi DNA fragmen dari agarose gel, reaksi enzimatis, transformasi bakteri strains dan plasmid, denaturasi DNA/RNA dan protein, pertumbuhan bakteri di deepwell plates/ conical tubes, reaksi lisis di 100°C, dan mixing PCR setup.

Baca Juga : Apa Saja Fungsi Termometer Laboratorium?

ThermoStat

Penelitian membutuhkan pemanasan dan pendinginan secara cepat dan tepat. ThermoStat dapat digunakan untuk menangani hal tersebut. Bentuk ThermoStat tidak jauh berbeda dengan ThermoMixer namun hanya berbeda pada adanya pengontrol suhu. Di sisi lain, ThermoStat hanya dapat mengontrol suhu dingin dan panas saja tetapi tidak dapat melakukan mixing.

Di samping itu, range control suhu ThermoStat lebih luas dibandingkan ThermoMixer, yaitu untuk pendinginan 30°C di bawah suhu ruang maksimal -10°C (disesuaikan dengan SmartBlock yang digunakan) sedangkan untuk mengontrol suhu panas maksimal 110°C, heating rate maksimal 9°C/min dan cooling rate maksimal 5°C.  ThermoStat dalam uji laboratorium dapat digunakan untuk melakukan lisis sel, uji ELISA, preheating media, denaturasi DNA/RNA/protein, imunopresipitasi, sintesis cDNA, reaksi biokimia di suhu rendah, gentle thawing, dan cooling buffer pada sampel di suhu rendah.

Oleh sebab itu, perbedaan ThermoMixer dengan ThermoStat perlu dipertimbangkan berdasarkan kondisi laboratorium serta penggunaannya. 

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *