kultur sel

Jenis Media Kultur Sel dan Pengertiannya

Kultur sel adalah proses dimana suatu sel diambil dari suatu jaringan dan ditumbuhkan ke dalam suatu media dengan keadaan terkontrol agar sel dapat berkembang biak dan tumbuh secara in vitro.

Media yang digunakan untuk pertumbuhan dibuat semirip mungkin dengan kondisi pada saat sel berada di tubuh organisme. Kultur sel dapat digunakan dari kultur sel primer atau cell line.

Kultur sel primer didapatkan dari sel, jaringan atau organ yang diperoleh secara langsung dari organisme asalnya, sedangkan cell line adalah kultur yang digunakan dan dipatkan dari subkultur pertama atau kultur primer.

Sebelumnya, media untuk membuat kultur sel berasal dari alam, seperti cairan amniotik, ekstrak embrio, dan cairan yang berasal dari berbagai jaringan tubuh. Akibat sulitnya mencapai standar yang baik, akhirnya media alam mulai ditinggalkan. Walaupun demikian, masih banyak yang bertahan menggunakannya, misalnya serum, tryptose phosphate broth, dan laktalbumin hidroksilat hasil dari hidrolisis enzimatis protein susu. Akan tetapi, banyak digunakan untuk campuran bersama media culture (defined media) yang berfungsi untuk meningkatkan sifat-sifat pertumbuhannya.

Baca Juga: Kegunaan CO2 Inkubator di Laboratorium Kultur Sel

Jenis Media Kultur Sel

Media kultur sel merupakan komponen penting yang perlu diperhatikan dalam proses kultur sel. Sebab, jenis media yang digunakan bergantung pada sel yang akan dikultur. Berikut pelbagai macam media yang dugunakan untuk kultur sel.

1. Basal medium Eagle

Basal medium Eagle atau yang disingkat BME, salah satu medium kultur sintetik yang banyak digunakan untuk mengkultur sel dan dikembangkan oleh Harry Eagle. Media ini, dihunakan untuk pertumbuhan sel HeLa. Eagle mengembangkan medium basak untuk berbagai kultur, dengan sedikit perbedaannya dalam komposisi.

2. Eagle’ s minimum essential medium

Eagle’ s minimum essential medium atau yang disingkat EMEM, media ini tergolong dalam variasi lebih kompleks dari media sebelumnya. Media EMEM termasuk media yang pertama kali digunakan secara luas. EMEM mengandung 12 jenis asam amino esensial, glutamine, delapan vitamin, dan beberapa garam anorganik.

3. Dulbecco’s Modified Eagle’s Medium

Dulbecco’s Modified Eagle’s Medium atau yang di singkat DMEM, mengandung konsentrasi asam amino tinggi, vitamin serta komponen tambahan lainnya yang dimodifikasi dari Basal Medium Eagle (BME). Asam amino dan vitamin dalam media ini, empat kali lebih banyak dari formula asli kemudian glukosa dua sampai empat kali lebih banyak.

DMEM cocok digunakan untuk sel dengan pertumbuhan yang cepat seperti sel tumor. Contoh penggunaan media ini, untuk mengkultur sel line CCA HuCCT-1, sel HaCat, sel karsinoma hepatoselular manusia, HepG2 (ATCC HB-8065), dan sel epitel alveolar manusia tipe II, sel B92.

Baca juga: Pengertian Kultur Sel, Kelebihan dan Kekurangannya

4. McCoy’s 5A Medium

McCoy’s 5A Medium digunakan untuk menumbuhkan sel hepatoma Novikoff dan juga baik untuk menumbuhkan, merangsang proliferasi sel karsioma Walker 256 termasuk sel yang mengalami transformasi atau juga sel normal tikus atau manusia.

5. Media Roswell Park Memorial Institute (RPMI) 1640

Media Roswell Park Memorial Institute (RPMI) 1640, media yang dikembangkan untuk kultur jangka panjang pada limfosit darah perifer dan modifikasi dari media McCoy’s 5A.

Pertumbuhan varietas sel yang luas pada suspensi sangat didukung media ini, di antaranya jumlah pertumbuhan sel pada monolayer banyak digunakan untuk kultur sel dan kultur jaringan, secara tradisional digunakan untuk kultur sel-sel limfoid.

Media RPMI-1640 dapat digunakan untuk pertumbuhan sel limfoid karena mengandung fosfat dalam jumlah besar dan diformulasi untuk digunakan dalam lingkungan atmosfer CO2 5%, digunakan dalam bentuk bebas serum.

6. Medium 199

Medium 199, media yang digunakan untuk produksi vaksin. Bahkan, dapat digunakan untuk kultur dari berbagai tipe sel “Non transformed”.

Komposisi medium 199 tidak mengandung natrium bikarbonat melainkan mengandung garam Earle’s dan L-glutamin. Jika penggunaan jangka panjang, sebaiknya ditambahkan Medium suplemen serum.

7. Ham’s F12-K

Ham’s F12-K adalah media hasil modifikasi dari F-10. Karenanya, lebih kompleks dan sesuai untuk perkembangbiakan bebas serum. Kultur makrofag bisa menggunakan media ini, dengan menambahkan100 U/ml penisilin, 100 mg/ml larutan streptomisin, dan 2 mM Lglutamin. Penisilin dan streptomisin digunakan sebagai antibiotik, sedangkan Lglutamin sebagai asam amino yang berfungsi untuk meningkatkan proliferasi sel.

8. DMEM/F12

DMEM/F12 merupakan media hasil campuran dari media DMEM dan Ham’s F-12 yang perbandingannya 1:1. Media ini, dapat digunakan pada sel line epitel, yang ditambahkan dengan 200 U/ml penisilin dan streptomisin, 5% FBS, 0,01μg/ml, toksin kolera 5 μg/ml insulin, dan 10 ng/ml faktor pertumbuhan epidermis manusia.

Masing-masing penambahan memiliki fungsi, seperti penisilin dan streptomisin yang mana antibiotik untuk mencegah kontaminasi bakteri. FBS sebagai serum banyak mengandung faktor pertumbuhan ditambah insulin sebagai hormon yang mendukung pertumbuhan, sedangkan toksin kolera berfungsi untuk merangsang pertumbuhan epitel.  Agar pertumbuhan sel optimum, media kultur dapat ditambahkan serum.

Serum anak sapi (calf serum) dan serum fetus sapi (foetal bovine serum), adalah beberapa serum yang kerap digunakan. Selain itu, ada pula serum kuda dan serum manusia. Syarat dari pengambilan serum harus berasal dari daerah yang bebas penyakit tertentu, misalnya penyakit virus mulut dan kuku.

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *