penyimpanan vaksin

Begini Cara Penyimpanan Vaksin yang Baik!

Pengelolaan vaksin perlu diperhatikan dari pendistribusian hingga penyimpanan vaksin. Hal ini dikarenakan, seluruh vaksin merupakan produk biologis yang sangat mudah rusak jika tidak dikelola dengan benar. Untuk itu, dibutuhkannya penanganan khusus.

Vaksin

Vaksin sendiri, ialah produk biologis mikroorganisme yang telah mati ataupun masih hidup yang dilemahkan, baik secara utuh bagiannya. Adapun, jenis vaksin yang terbuat dari toksin mikroorganisme yang diolah menjadi toksoid atau protein rekombinan yang berguna untuk merangsang pembentukan kekebalan tubuh seseorang secara aktif dan spesifik.

Umumnya, vaksin digunakan untuk mengatasi penyakit menular karena infeksi virus, bakteri, parasit yang ditularkan melalui berbagai media, seperti droplet, udara, air, peralatan kesehatan, tempat makan atau minum, dan lainnya. Berdasarkan hal tersebut, vaksin diproduksi untuk mengatasi berbagai masalah kesehatan, misalnya covid, campak, polio, hepatitis A dan B, tetanus, HPV, difteri, cacar, rubella, dan sebagainya.

Penanganan vaksin yang tidak tepat dapat mempengaruhi terhadap kualitas vaksin. Bahkan, hal ini dapat menyebabkan kerusakan vaksin sehingga kualitasnya menurun atau potensi dari vaksin tersebut. Berikut penyebab penurunan kualitas vaksin.

  1. Tidak mengikuti pediman pengelolaan vaksin yang benar
  2. Pengetahuan petugas yang kurang
  3. Peralatan penyimpanan (lemari es atau freezer) tidak sesuai dengan kebutuhan vaksin
  4. Tidak adanya termometer pengukur suhu
  5. Proses pengiriman dan cara membawa vaksin tidak tepat

Penyimpanan Vaksin

Penyimpanan vaksin perlu dilakukan dengan tepat sebab adanya rantai dingin yang dibutuhkan oleh vaksin. Karenanya, selama proses penyimpanan temperatur suhu rantai dingin perlu dijaga kestabilannya.

Tiap vaksin pun, memiliki tingkat rantai dingin yang berbeda dalam penyimpanannya. Besaran suhu penyimpananan vaksin berkisar 2°C – 80°C.

Suhu pada rantai dingin tersebut, bergantung pada jenis vaksin yang disimpan, sebab apabila temperatur vaksin tidak sesuai akan menyebabkan kerusakan terhadap kondisi vaksin. Dengan demikian, vaksin tidak dapat digunakan.  Di bawah ini, terdapat penggolongan vaksin berdasarkan suhu yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam penyimpanan vaksin.

  • Vaksin sensitif beku (Freeze sensitive)

Vaksin yang terdapat pada jenis ini, akan mudah rusak jika disimpan di suhu dingin atau di bawah 0°C. Sebab itu, sebaiknya vaksin jenis ini disimpan pada suhu 2°C – 8°C. 

Jenis vaksin sensitive beku (tidak boleh beku) jika disimpan dalam freezer dengan suhu di bawah 0°C maka secara langsung akan merusak vaksin. Contoh vaksin yang tergolong dalam jenis ini di antaranya, vaksin hepatitis B, DPT, DPT-HB, TT, Sinovac, dan AstraZeneca.

  • Vaksin sensitif panas (Heat Sensitive)

Vaksin sensitif panas adalah vaksin yang tergolong mudah rusak saat terpapar suhu panas. Penyimpanan vaksin ini, membutuhkan suhu di bawah 0°C. Adapun, vaksin yang perlu disimpan hingga -80°C.  Beberapa vaksin yang tergolong dalam vaksin ini, seperti BCG, polio, campak, Moderna dan Pfizer.

Selain sensitif terhadap suhu, vaksinpun sangat sensitif terhadap sinar matahari secara langsung. Oleh karena itu, penyimpanan vaksin yang tepat sangat diperlukan agar vaksin tidak terpapar sinar matahari secara langsung atau panas berlebihan.

 

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *