Viskositas dalam produk

Viskositas Produk Perawatan Tubuh!

Produk perawatan tubuh yang kerap kita gunakan sehari-hari memiliki tingkat kekentalan atau viskositas yang berbeda. Hal ini dikarenakan, kekentalan produk disesuaikan dengan kebutuhan serta fungsi dari produk tersebut.

Viskositas dalam produk perawatan tubuh

Tingkat viskositas dalam produk perawatan tubuh merupakan hal penting yang perlu diperhatikan untuk pengendalian kualitas. Sebab, jika tingkat viskositas suatu produk berubah menjadi lebih meningkat atau berkurang akan berdampak pada efektivitas produk tersebut.

Oleh karena itu, diperlukannya penggunaan viscometer untuk mengetahui kadar viskositasnya. Beberapa produk perawatan tubuh yang menggunakan viscometer di antaranya, body lotion, pasta gigi, salep, dan cream wajah.

Pengujian viskositas sendiri, terdapat berbagai cara namun viscometer mekanik merupakan cara yang kerap digunakan di industri.  Selaras dengan itu, dalam produksi perawatan tubuh penggunaan viscometer dibutuhkan bergantung sifat cairan dan viskositas yang diinginkan.

Salah satu contoh, yakni ketika senyawa produk berbasis minyak dan air lebih baik diuji menggunakan viscometer kapiler kaca atau bola jatuh. Berbeda dengan itu, produk perawatan lainnya, seperti sabun dapat diuji dengan viscometer rotasi.

Penggunaan viscometer rotasi bermanfaat untuk memastikan konsistensi sempurna dari produk akhir yang sesuai. Di samping itu, viscometer sendiri hanya dapat mengukur senyawa produk dalam satu kondisi.

Oleh karena itu, penggunaan bahan yang lebih kompleks mengakibatkan viskositas berubah dalam kondisi tertentu maka diperlukan menggunakan rheometer. Pelbagai hal yang dapat memengaruhi tingkat kekentalan, antara lain kondisi lingkungan, suhu, dan tekanan.

Bahkan, perubahan suhu terhadap viskositas dapat diakibatkan oleh jenis bahan atau materi yang digunakan (spesifik fluida). aHal ini disebabkan, tiap jenis bahan memiliki bentuk dan susunan molekul yang berbeda sehingga memberikan pengaruh yang berbeda terhadap perubahan suhu.

Tidak hanya itu, proses eksternal, seperti penuangan, pemompaan dapat memengaruhi viskositas. Pun, waktu proses pengerjaan eksternal pada bahan yang digunakan dapat memengaruhi visikositas.

Cara lain untuk memengaruhi viskositas perawatan tubuh agar sesuai dan bekerja secara efektif diperlukannya penambahan beberapa senyawa. Berikut senyawa tersebut.

  • Cocamide DEA (cocamide diethanolamine), senyawa yang kerap ditambahkan ke dalam produk shampo dan busa sabun mandi. Senyawa ini, dapat digunakan pula sebagai pengemulsi bahan kosmetik. Bahan ini, ditamabhkan untuk membuat aroma produk lebih stabil dikarenakan air dan minyak dapat larut dengan baik.
  • Propylene glycol, digunakan untuk mengubah konsistensi lotion dan tekstur lipstik.
  • Stearyl alkohol, senyawa ini kerap ditemukan di produk pelembab, kondisioner, sabun cuci muka.

 

Dengan demikian, penggunaan viscometer sangat diperlukan untuk menjaga stabilitas viskositas produk. Jika Anda membutuhkan viscometer yang tepat untuk kebutuhan Anda, sila kami di sales@ibs.co.id. Sales tim kami akan membantu Anda menemukan viscometer untuk Anda.

Tahapan Pembuatan Vaksin

Enam Tahapan Pembuatan Vaksin!

Perkembangan teknologi saat ini, selaras dengan produksi vaksin yang kian berkembang secara pesat. Tahapan pembuatan vaksin terdiri atas enam tahapan yang perlu diperhatikan. Berikut keenam tahapan tersebut.

Tahapan pembuatan vaksin

Keenam tahapan pembuatan vaksin yang dimaksud, yakni eksplorasi, pra-klinis, pengembangan klinis, tinjauan dan persetujuan peraturan, manufaktur serta quality control. Tiap tahapan tersebut perlu  dilakukan secara berurut.

  • Eksplorasi

Tahapan ini, dilakukan dengan penelitian secara intensif di dalam laboratorium. Proses ini, memerlukan waktu berkisar 2 – 4 tahun untuk mengidentifikasi antigen alami atau sintesis.

Antigen alami yang diteliti nantinya berfungsi untuk mencegah atau mengobati penyakit tertentu, Umumnya, antigen tersebut didapat dari strain virus tertentu yang dilemahkan atau zat lain yang berasal dari patogen. Tahap eksplorasi dalam tahapan pemnbuatan vaksin, berfungsi untuk mencari suatu kondisi optimum untuk perkembangan virus yang digunakan.

  • Pra-Klinis

Tahapan pra-klinis dilakukan setelah mendapatkan formula vaksin yang diduga memiliki potensi untuk menghasilkan kekebalan. Setelahnya, untuk mengetahui efektivitas dan keamanannya diperlukan pengujian lanjut dengan menyuntikkannya ke hewan percobaan.

Tidak hanya hewan, namun beberapa perusahaan pengembang vaksin memilih untuk menggunakan kultur sel dalam pengujian efektivitas tersebut. Bahkan, dalam proses ini tidak sedikit kandidat vaksin yang gagal untuk melanjutkan tahapan berikutnya. Hal ini dikarenakan, beberapa kandidat vaksin tersebut tidak menghaislkan kekebalan atau terbukti menghasilkan efek berbahaya terhadap subjek atau hewan uji.

  • Pengembangan klinis

Tahap ini, calon vaksin perlu melakukan pengajuan legalitas ke Badan Pengawas OBat dan Makanan setempat, untuk diuji klinis. Setelahnya, calon vaksin akan diuji tiga tahap pada manusia.

  1. Uji klinis fase I, pengujian ini dilakukan dengan memberikan vaksin pada kelompok kecil kurang dari 100 orang. Tujuan pemberian ini, untuk menentukan apakah adanya efek lanjutan yang ditimbulkan terhadap manusia. Jika calon vaksin tersebut, dinyatakan aman dan efektif maka vaksin dapat masuk untuk uji klinis fase II.
  2. Uji klinis II, tahap ini dilakukan pada komunitas lebih banyak. Pun, sampel yang digunakan lebih beragam. Hasil dari pengujian ini, berupa keamanan, imunogenisitas, ukuran dosis, dan respon imun tubuh terhadap pemberian vaksin.
  3. Uji klinis fase III,diberikan pada jumlah yang lebih banyak dengan kondisi tubuh berbeda-beda. Pengujian ini akan melihat keamanan efek samping yang dihasilkan dan memantau respon kekebalan tubuh subjek uji dalam waktu lebih lama.

 

  • Tinjauan dan persetujuan peraturan

Tahapan pembuatan vaksin ini, dapat dilakukan setelah calon vaksin lolos dari uji klinis ketiga. Dalam hal ini, calon vaksin telah mendapatkan lisensi biologis ke BPOM dalam penggunaan darurat. Karena itu, BPOM akan menerbitkan izin penggunaan darurat vaksin.

  • Manufaktur dan quality control

Pembuatan vaksin dalam skala besar, umumnya akan menyediakan infrastruktur, prsonel dan peralatan yang diperlukan, misalnya fermentor berukuran besar. Proses produksi sekala besar, tentunya perlu pengawasan secara teliti dengan melalui proses quality control. Pengawasan yang baik maka akan menghasilkan formulasi vaksin yang sama dan sesuai.

 

 

ELISA ANALISIS

Elisa Analisis: Pengertian dan Seluk Beluknya!

Teknik biokimia yang kerap digunakan pada bidang imunologi untuk mendeteksi dan kuantifikasi peptida, protein, antibodi, antigen maupun hormon dalam sampel, yakni ELISA analisis. Teknik ini, pertama kali dikenalkan oleh Peter Perlman pad atahun 1971.

Peter mengenalkan ELISA (Enzym-Linked Immunosorbent Assay) melalui analisis interaksi antigen dengan antibodi dalam sampel melalui bantuan enzim sebagai reporter label. Prinsip kerja ELISA analisis berdasarkan reaksi spesifik antara antibodi dan antigen yang memiliki sensitivitas tinggi dengan menggunakan enzim sebagai marker (penanda).

Selanjutnya, reaksi antara antigen dengan antibodi memberikan tanda melalui perubahan warna. Jadi, jika hasil dari rekasi tersebut positif terdapat antigen maka akan hadirnya perubahan warna. Selain itu, proses reaksi tadi memerlukan antibodi spesifik agar dapat berikatan dengan antigen.

Proses umum pemeriksaan ELISA analisis

Proses umum pemeriksaan ELISA analisis kerap dilakukan melalui enam tahap. Tahapan pertama ialah melapisi pelat microtiter dengan antigen.Prosedur elisa

Setelah itu, dilakukannya blocking seluruh tempat yang mana permukaannya tidak berikatan dan akan dilapisi oleh blocking agent. Hal tersebut dilakukan, untuk mencegah adanya hasil positif palsu.

Berikutnya, penambahan antibodi primer, misalnya antibodi rabbit monoklonal ke dalam sumur. Lalu, tambahkan antibodi sekunder yang telah terkonjugasi dengan enzim kemudian diinkubasi.

Proses di atas, dilanjutkan dengan melakukan proses pencucian beberapa kali. Proses pencucian ini, berfungsi untuk menghilangkan antibodi yang tidak berikatan.

Tahap selanjutnya, yaitu dengan menambahkan subtrat untuk memproduksi suatu sinyal kalorimetrik. Akhir dari tahapan prosedur  pemeriksaan ELISA analisis, adalah pembacaan reaksi substrat dengan enzim yang menghasilkan produk berwarna jika menunjukkan reaksi positif. Salah satu, hal terpenting dalam proses pengujian ELISA analisis adalah membuang cairan sisa untuk mencegah dilusi pada cairan yang ditambahkan di tahap berikutnya.

 

Teknik ELISA

  • Direct ElISA

Metode direct, termasuk metode ELISA analisis paling sederhana untuk mengukur konsentrasi antigen pada sampel. Teknik ini, mendeteksi antigen melalui pengikatan secara spesifik antigen dengan antibodi yang telah diberi penanda secara lansgung oleh enzim.

Keuntungan penggunaan direct ELISA di antaranya lebih meminimalisasi kesalahan dan cepat. hal ini disebabkan, prosedur dan reagen yang dibutuhkan dalam proses lebih sedikit.

  • Indirect ELISA

Metode indirect kerap digunakan untuk mengukur konsentrasi antibodi dan mendeteksi antibodi spesifik dalam sampel serum dengan cara subsitusi serum untuk antibodi primer. Metode tersebut, memiliki sensitivitas yang tinggi karena terdiri lebih dari satu antibodi sekunder yang berikatan dengan antibodi primer. Tidak hanya itu, teknik ini lebih hemat akibat antibodi berlabel yang diperlukan lebih sedikit.

  • Sandwich ELISA

sandwich elisa

Sandwich ELISA merupakan tipe pemeriksaan ELISA yang paling umum digunakan. Teknik ini, terdiri atas dua macam, antara lain direct sandwich ELISA dan indirect sandwich ELISA. Pemeriksaan dengan teknik ini, memerluka dua spesifik antibodi yang cocok.

Akan tetapi, hanya satu antibodi yang akan berikatan di permukaan plat kemudian digunakan juga untuk antibodi penangkap imobilisasi dari antigen. Selanjutnya, antibodi lainnya akan berkonjugasi untuk deteksi dari antigen. Keuntungan dari teknik ini, yaitu memiliki sensitivitas serta spesifikasi yang tinggi, lebih fleksibel dan baik digunakan untuk sampel kompleks.

  • Competitive ELISA

teknik competitive

Teknik competitive merupakan teknik paling kompleks untuk mengukur konsentrasi antigen atau antibodi dalam sampel dengan deteksi dari sinyal interferensi. Teknik ini, kerap digunakan saat antibodi terdiri atas satu untuk antigen yang diinginkan.

Bahkan, teknik ini sering digunakan saat sampel sedikit dan tidak dapat diikat oleh dua antibodi yang berbeda.  Kompetisi antara antigen sampel dan refensi bertujuan utnuk berikatan dengan antibodi spesifik yang berlabel.

Lainnya, keuntungan dengan menggunakan teknik ini sampel kasar maupun tidak murni dapat digunakan. Sebab, dalam teknik competitive tidak adanya tahap pemrosesan sehingga lebih kuat dan konsisten. Pun, teknik ini memiliki fleksibelitas maksimum dikarenakan dapat digunakan meskipun berbasiskan direct, indirect, dan sandwich ELISA analisis.

 

Teknik fertilisasi In vitro

Proses Teknik Fertilisasi In Vitro Perlu Kamu Ketahui!

Teknik in vitro fertilization (IVF) kian berkembang selaras dengan perkembangan teknologi. Teknik ini, kerap dilakukan untuk memenuhi kebutuhan tiap pasangan yang memiliki kesulitan dalam mendapatkan keturunan. Karena itu, teknik fertilisasi in vitro marak dilakukan.

Teknik Fertilisasi In Vitro Bayi Tabung

 

In vitro fertilization  (IVF) atau teknik fertilisasi in vitro merupakan suatu teknologi yang dilakukan untuk mendukung program kehamilan (reproduksi) atau dikenal dengan istilah bayi tabung. Umumnya, proses reproduksi alami sel telur akan dibuahi oleh sperma di dalam tubuh wanita namun akibat berbagai hal mengakibatkan proses pembuahan dilakukan di luar tubuh.

Salah satu, alat yang digunakan dalam proses ini, yaitu mikromanipulator. Yang dimaksud dengan fertilisasi in vitro ialah proses pengambilan sel telur dari wanita dan sperma dari pria, kemudian digabungkan di cawan laboratorium.

Setelah itu, terbentuklah proses pembuahan yang mana terbentuknya embrio yang siap dipindahkan ke rahim untuk tumbuh dan berkembang membentuk janin. berikut tahapan proses fertilisasi in vitro (bayi tabung).

 

  • Merangsang produksi telur, dalam proses perangsangan produksi telur kerap kali dokter memberikan obat kesuburan. Produksi telur yang dibutuhkan , yakni dalam jumlah banyak sebab adanya kemungkinan beberapa telur tidak akan berkembang atau mampu dibuahi setelah diambil. Pemeriksaan ovarium dan tes darah untuk mengukur kadar hormon menggunakan alat ultrasonografi transvaginal.

 

  • Mengambil sel telur dari rahim, pengambilan telur dilakukand engn menggunakan prosedur bedah kecil kemudian digunakan pencitraan ultrasonografi untuk memnadu jarum berlubang melalui rongga panggul, sehingga telur baru dapat diambil.  Pada tahap ini, diberikannya obat untuk mengurangi dan menghilangkan potensi rasa ketidaknyamanan.

 

  • Pengambilan sampel sperma,  langkah selanjutnya setelah mengambil sel telur yang berpotensi untuk dibuahi dan pengambilan sampel sperma. Sperma disiapkan sebelum menggabukannya dengan sel telur.

 

  • Proses pembuahan menjadi embrio, sperma dan sel telur dicampurkan bersama dan disimpan  untuk mendorong pembuahan atau disebut inseminasi. Beberapa kasus, kerap terjadi kemungkinan pembuahan sangat rendah sehingga sperma disuntikan secara langsung ke dalam sel telur untuk mencapai pembuahan. Sel telur akan dipantau untuk memastikan terjadinya pembuahan dan pembelahan langsung secara sempurna. Telur yang telah dibuahi dan berkembang dengan baik dianggap sebagai embrio.

 

  • Embrio dpindahkan ke rahim, setelah tiga hingga lima hari ermbrio yang berada di laboratorium biasanya dapat dipindahkan ke dalam rahim wanita. Cara memasukkannya dengan menggunakan kateter atau tabung kecil ke dalam rahim untuk mentransfer embrio.

 

Jika prosedur tersebut berhasil, implantasi terjadi dalam enam hingga sepuluh hari setelah pengambilan sel telur. Rasa sakit yang diakibatkan proses ini cenderung kram ringan.

Proses pengerjaan teknik ini dapat berlangsung sekitar empat sampai enam minggu. Selain itu, proses teknik fertilisasi in vitro membutuhkan peralatan pendukung yang tepat dalam melakukan proses fertilisasi in vitro. Sila cek di sini untuk menemukan peralatan teknik fertilisasi in vitro.