Aplikasi PCR

Aplikasi PCR dalam Pengujian Makanan!

Aplikasi PCR tidak hanya dapat digunakan di bidang kesehatan namun dapat digunakan pula dalam analisis makanan. Kurang lebih selama dua dekade PCR telah digunakan di laboratorium klinis untuk mendeteksi patogen dalam sampel DNA.

Sejak tahun 1983, aplikasi PCR kian berkembang dalam waktu singkat di antaranya dalam bidang mikrobiologi makanan. Hal ini dilakukan, untuk mengetahui kehigienisan produk amkanan, toksikologi, dan halal untuk beberapa negara. Berikut aplikasi PCR dalam bidang makanan.

  1. Laboratorium halal (deteksi kandungan babi), di beberapa negara adanya regulasi terkait makanan halal dan haram (yang mengandung babi), contohnya Indonesia. Kasus pencampuran daging sapi dengan babi kerap terjadi.

Proses pencampuran inilah, yang tidak dapat dideteksi melalui mata saja karenanya sangat penting untuk dilakukan pemeriksaan secara molekular. Deteksi molekular ini, biasanya dilakukan dengan PCR. Hal ini dikarenakan, PCR dapat mengidentifikasi secara spesifik dan akurat, pendekatan PCR yang dapat diimplementasikan, antara lain RAPD-PCR, analisis DNA mitokondria D-loop, PCR-RFLP mitokondria gen 12-S-RNA.

  1. Foodborne disease (penyakit bawaan makanan), deteksi patogen di industri makanan untuk pengujian kontaminasi mikrobiologis sangat diperlukan. PCR digunakan untuk pengujian secara molekuler untuk deteksi penyakit infeksi, misalnya foodborne disease.

Foodborne disease atau dikenal dengan penyakit bawaan makanan biasanya bersifat toksik dan infeksius yang diakibatkan konsumsi makanan yang terkontaminasi mikroorganisme, contohnya diare dan kolera. Jenis dan jumlah mikroorganisme dapat diketahui melalui penggunaan PCR. Bahkan, tingkat higienitas makanan dapat diketahui pula.

  1. Identifikasi sumber kontaminasi, penentuan sumber kontaminasi pada makanan dapat memberikan solusi dan cara penanganan yang tepat. Kontaminasi ini dapat terjadi dari bahan baku, petugas yang bekerja, alat-alat yang digunakan ataupun lingkungan selama proses pembuatan.
  2. Alergi makanan, PCR pun dapat digunakan untuk deteksi allergen (hazelnut, seledri, wijen, almond, kenari, kacang tanah, dan lainnua). Hal ini disebabkan, PCR memiliki sensitivitas lebih tinggi yang dapat mendeteksi molekul DNA allergen baik dalam produk mentah maupun matang. Metode PCR yang kerap digunakan untuk deteksi ini, yaitu PCR-ELISA, Real-Time PCR, PCRPNA-HPLC, Duplex PCR, dan Multiplex Real-time PCR.

 

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *