Morfologi dan Aplikasi Kultur Sel

Awal tahun 20an, kultur sel pertama kali dikembangkan untuk mempelajari sel hewan secara in vitro. Seiring perkembangan ilmu pengetahuan, kultur sel kian berkembang sehingga aplikasi kultur sel sering dilakukan oleh pelbagai bidang. Tak hanya itu, sel pada jaringan atau tertentu dapat digunakan untuk penelitian, deteksi maupun diagnosis. Hingga saat ini, kultur sel kerap dikembangkan untuk pengobatan modern dan diagnosis infeksi pada manusia.

Kultur Sel

Kultur sel merupakan proses menumbuhkan sel yang diinginkan baik dari sel manusia, hewan atau tanaman dengan media yang terkendali, biasanya di luar lingkungan alaminya. Sel tersebut, dapat diambil langsung dari jaringan atau melalui proses enzimatik maupun mekanik sebelum dibiakan. Di samping itu, sel dapat tumbuh di media yang memberi nutrisi untuk pertumbuhan sel tersebut, seperti asam amino, karbohidrat, vitamin, dan mineral maupun gas (CO2, O2) dan lingkungan fisika kimia seperti pH, tekanan osmotic, suhu. 

Selanjutnya, sel pada kultur dikategorikan menjadi tiga berdasarkan bentuknya, yaitu.

  1. Sel fibrioblast, sel yang memiliki bentuk memangjang dan tumbuh melekat pada substreat, baik sel bipolar maupun multipolar.
  2. Sel epitel, sel yang berbentuk polygonal dengan dimensi lebih teratur dan tumbuh melekat pada substrat di patch diskrit.
  3. Sel limfoblast, sel yang tumbuh di medium suspense tanpa melekat ke permukaan dan berbentuk bulat.

Baca Juga: Kegunaan CO2 Inkubator di Laboratorium Kultur Sel

Aplikasi Kultur Sel

Kultur sel berasal dari sel yang diambil dari jaringan asli. Selanjutnya, dipisahkan secara enzimatik, mekanik, maupun cara kimia dan dapat digunakan untuk isolasi virus. Pemanfaatan dari kultur sel ini, kerap diterapkan pada berbagai bidang, seperti di bawah ini.

Mengurangi penggunaan hewan uji dalam penelitian

Penggunaan kultur dalam penelitian dapat mengurangi penggunaan hewan uji, contoh isolasi virus menggunakan kultur sel kemudian diberi antibiotik pada media kultur. Bahkan, antibiotik dapat digunakan untuk pengendalian kontaminasi.

Kultur sel hewan dalam bidang kesehatan

Aplikasi kultur sel hewan, yaitu untuk menangani sel kanker, produski antibodi monoclonal, pembuatan vaksi, proses stem sel, in vitro fertilization, terapi gen, produksi protein rekombinan, produk biologis lannya (enzim, hormon sintetis, imunobiologis), dan dapat digunakan untuk mengembangkan obat baru.

Kultur sel dalam bidang pertanian

Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk memperbaiki atau menghasilkan varietas baru, misalnya jambu kristal yang merupakan perbaikan varietas dari jambu biasa menjadi buah jambu tanpa biji, dan saat ini menjadi buah yang banyak dijual di pasaran. Contoh lain kultur sel, embrio kelapa kopyor yang sulit dikembangbiakan secara alamiah.

Terdapat pula penelitian yang menggunakan kultur sel, di antaranya.

  • Kultur sel untuk diagnosis virus tidak dikenal menggunakan PCR tes serologi, histopatologi, dan histokimia kekebalan tubuh. Dapat dikembangkan pula, untuk pembiakan patogen jenis baru.
  • Pendeteksian antibodi virus influenza dengan teknik rekombinasi protein.
  • Kultur sel uveal, untuk penelitian diagnosis kanker dengan melakukan panen jaringan tumor segar dari mata pasien yang sedang menjalani operasi untuk terapi. 
  • Dalam studi infeksi virus pernapasan burung, seperti lowphathogenic Avian Influnza Virus (AIV) dan Newcastle Disease Virus (NDV) menggunakan sel-sel epitel trakea dari embrio ayam.
  • Kultur sel hati HepG2 pada beberapa variasi konsentrasi NVP (Nevirapine) untuk mengetahui sitotoksisitas dari Nevirapin.
0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *